Makin Kaya saat Pandemi

Rabu 22-12-2021,04:00 WIB
Editor : Yusuf M. Ridho

Harian Disway - SIAPA orang terkaya Indonesia, setiap tahun tak berubah. Budi Hartono dan Michael Hartono, kakak-beradik pemilik pabrik rokok Djarum dan Bank BCA. Begitu pun tahun 2021 yang dirilis majalah Forbes pekan lalu. Harta keduanya mencapai USD 42,6 miliar atau Rp 609,2 triliun (kurs Rp 14.300/USD).

Dalam rilis terbaru Forbes itu, 10 orang terkaya relatif tak bergeser. Setelah Hartono, disusul keluarga Eka Tjipta Widjaja yang kekayaannya USD 9,7 miliar atau Rp 138 triliun. Setelah itu, ada Anthoni Salim, Sri Prakash, Prajogo Pangestu, dan Chairul Tanjung.

Tapi, yang menarik dari daftar 50 orang terkaya Indonesia itu, muncul nama perempuan terkaya Indonesia yang baru kali ini muncul. Dia adalah Marina Budiman yang menempati urutan orang terkaya ke-30 dengan kekayaan USD 1,5 miliar (Rp 21,45 triliun). Dari 50 orang terkaya, selain Marina, ada dua wanita lainnya: Arini Subianto (USD 975 juta) dan Kartini Muljadi (USD 697 juta).

Siapa Marina? Dia adalah pendiri PT DCI Indonesia Tbk (DCII). Marina memperoleh berkah initial public offering (IPO) DCII Januari silam. Begitu listing di BEI, harga saham perusahaan yang bergerak di bidang layanan data cloud itu melonjak luar biasa.

Dari harga awal Rp 420 per lembar di awal tahun naik mencapai Rp 59.000 pada Juni lalu atau naik lebih dari 11.000 persen. Kemarin harga saham DCII diperdagangkan di harga Rp 39.500-an yang berarti sekitar 9.400 persen dari harga awal. Kontan saja, kekayaan Marina naik berlipat-lipat hingga mencapai Rp 21,4 triliun sebagaimana dirilis Forbes.

Kini Marina adalah presiden komisaris DCII. Jebolan University of Toronto, Kanada, itu mendirikan PT DCI Indonesia pada 2011. Marina cukup dikenal di dunia teknologi. Pada 1994 dia mendirikan Indo Internet (Indonest) yang merupakan service provider internet pertama di Indonesia bersama Toto Sugiri yang tetap bersama dia di DCII.

Tahun 2021 ini memang tahun berkah perusahaan teknologi di Indonesia. Agustus lalu platform marketplace Bukalapak (BUKA) melakukan IPO dan memperoleh dana Rp 21,9 triliun. Nilai IPO terbesar di BEI sepanjang sejarah. Nilai buku per lembar saham yang hanya Rp 22,1 justru oversubscribed saat dijual pada IPO Rp 850. Saat listing pun, harganya melonjak hingga Rp 1.160.

Tentu saja kekayaan para pemegang saham mayoritasnya naik tajam. Ahmad Zaky yang memegang saham sekitar 5 persen kini memiliki kekayaan sekitar Rp 4,5 triliun. Kekayaan Fajrin pun  mencapai Rp 2,2 triliun. Begitu juga  Nugroho Heru Cahyono yang jadi miliuner. Meski, saat ini kekayaannya tergerus kembali setelah harga BUKA anjlok ke level Rp 400–Rp 500-an.

Perusahaan teknologi memang dinilai investor memiliki prospek yang cerah di era revolusi industri 4.0 ini. Bahkan saat pandemi Covid-19. Ini bisa dilihat dari saham-saham  PT Indo Internet Tbk (EDGE), PT Solusi Energi Digital Tbk (WIFI), dan PT Kioson Komersial Indonesia Tbk (KIOS).

Yang menarik, dari rilis orang-orang terkaya Indonesia itu, pandemi tak memiliki dampak bagi mereka. Bahkan, secara keseluruhan, harta orang-orang kaya tersebut justru meningkat saat pandemi ini. Jika dihitung, kekayaan 50 orang terkaya Indonesia justru meningkat 21 persen bila dibandingkan dengan tahun lalu. Peningkatan yang luar biasa di tengah pandemi.

Kekayaan 50 orang terkaya itu mencapai USD 162 miliar atau Rp 2.317 triliun. Itu mencapai lebih dari 15 persen PDB. Tahun 2020, PDB Indonesia hanya USD 1,058 triliun. Tahun 2020, kekayaan 50 orang terkaya ”hanya” USD 133 miliar.

Kekayaan Hartono bersaudara, misalnya, justru naik 3,8 miliar dolar AS atau Rp 54,5 triliun berkat kenaikan saham BCA. Begitu juga kekayaan Anthoni Salim yang tahun ini ada di peringkat ketiga. Kekayaan bersih bos Salim Grup itu mengalami peningkatan 44 persen menjadi 8,5 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 122 triliun.

Tampaknya pandemi tak benar-benar dirasakan orang-orang kaya. Hal yang juga terjadi di berbagai negara di dunia. Bagi mereka, krisis justru menjadi peluang untuk melompat dan melipatgandakan bisnis dan kekayaan mereka. (*)

 

*) Imron Mawardi, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Wakil Dekan Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga.

Tags :
Kategori :

Terkait