APA arti sebuah nama? Kali ini nama sangat berarti. Ketika Jokowi memilih nama Nusantara untuk ibu kota baru (19/1), publik pun heboh dengan pro dan kontra. Ada yang menganggap nama itu bagus karena sudah dikenal luas di Indonesia dan dunia internasional. Namun, ada juga yang menganggapnya membingungkan.
Nama itu bisa rancu dengan Nusantara yang selama ini sudah dikenal. Nusantara merujuk pada wilayah yang membentang, tidak hanya dari Sabang sampai Merauke, tapi jauh melewati kepulauan di Pasifik yang sekarang dikenal sebagai Papua Nugini.
Wilayah Nusantara membentang jauh melewati Sabang dan menjangkau seluruh Pulau Sumatera dan Kalimantan paling utara yang sekarang menjadi wilayah Malaysia. Nusantara bahkan menjangkau wilayah Tumasik yang sekarang dikenal sebagai Singapura.
Nusantara adalah konsep negara kekuasaan Majapahit yang diumumkan oleh Patih Gajah Mada dalam sumpah ”Amukti Palapa”. Segera setelah diangkat sebagai mahapatih Majapahit pada 1336, Gajah Mada mengumumkan program ekspansi wilayah Majapahit ke wilayah-wilayah negara sekitar yang disebutnya sebagai Nusantara.
Dalam sumpah simbolis itu, Gajah Mada berpantang memakan buah palapa, sebagai simbol kenikmatan duniawi, sampai seluruh Nusantara tunduk di bawah kekuasaan Majapahit. Gajah Mada adalah seorang ahli strategi jempolan yang jago dalam meramu taktik militer yang canggih. Ia yakin target ekspansi itu bisa dicapai.
Dalam relief-relief yang menggambarkan episode Sumpah Palapa, digambarkan Gajah Mada sebagai jenderal bertubuh gempal, tinggi besar, dengan muka keras. Gajah Mada mengucapkan sumpah dengan menghunus keris dan mengacungkannya dengan sangat intimidatif.
Nusantara adalah target politik Gajah Mada yang ekspansionistis. Sebagai jenderal perang, Gajah Mada mempunyai wawasan internasional yang luas dan mampu melihat posisi geostrategik secara visioner. Karena itu, ia melihat posisi Majapahit akan kuat dan menjadi kekuatan regional yang disegani kalau bisa menyatukan seluruh wilayah Nusantara.
Majapahit membagi wilayah kekuasaannya menjadi tiga kategori, yaitu Negara Agung, Mancanegara, dan Nusantara. Negara Agung adalah wilayah utama Majapahit yang terdiri atas ibu kota di Trowulan dan wilayah-wilayah Jawa yang sudah ditundukkan.
Mancanegara adalah wilayah yang terletak di luar wilayah Negara Agung yang sudah berhasil ditundukkan. Wilayah itu menjadi protektorat yang sudah dipengaruhi tata budaya Majapahit. Wilayah seperti Madura atau protektorat Majapahit di Sumatera seperti Palembang masuk kategori Mancanegara.
Sedangkan Nusantara adalah wilayah yang secara geografis terpisah dari pusat ibu kota dan secara budaya mandiri dari budaya Majapahit. Wilayah Nusantara itu menjadi wilayah ekspansi yang menjadi target politik Gajah Mada. Wilayah Nusantara yang berhasil ditundukkan akan menjadi wilayah tundukan yang diharuskan membayar upeti secara rutin ke ibu kota Negara Agung.
Selama masa-masa perjuangan kemerdekaan, nama Nusantara menjadi inspirasi perjuangan. Hampir 80 persen wilayah Nusantara dikuasai penjajah Belanda dan menyebut wilayah jajahan itu sebagai Hindia-Belanda. Nama Hindia sudah terlebih dahulu dipakai di India yang menjadi jajahan Inggris. Karena itu, Belanda menyebut wilayah jajahannya sebagai Hindia-Belanda.
Para pejuang kemerdekaan yang dipelopori Mohammad Hatta sudah memikirkan nama negara yang dipakai setelah merdeka. Untuk memutus hubungan dengan penjajahan, para pejuang menanggalkan nama Hindia-Belanda sepenuhnya.
Pada 1922 Mohammad Hatta yang masih kuliah di Belanda mendeklarasikan berdirinya organisasi ”Perhimpunan Indonesia”. Itulah kali pertama nama Indonesia dipakai. Nama itu merujuk pada wilayah yang kurang lebih sama dengan Nusantara Majapahit, tetapi tidak termasuk Tumasik.
Deklarasi Perhimpunan Indonesia itu menjadi tonggak penting dalam fase perjuangan kemerdekaan Indonesia. Enam tahun setelah deklarasi Perhimpunan Indonesia, anak-anak muda dari seluruh wilayah Hindia-Belanda berkumpul di Jakarta untuk mendeklarasikan Sumpah Pemuda, yang menyatakan ”Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa, Indonesia”.
Mohammad Hatta lebih memilih nama Indonesia ketimbang Nusantara. Nama Indonesia kali pertama disebut dalam jurnal yang terbit pada 1850 di Singapura oleh antropolog Inggris, James Richardson Logan dan George Samuel Windsor. Nama Indonesia dipilih Hatta karena lebih menggambarkan karakter wilayah dan budaya yang lebih egaliter.