Salah satu produk Revolt Industry berupa tas kulit sapi Jawa yang kece. Diolah hanya dengan mengandalkan tangan pengrajin alias hand made.
Menurut dia, ada tiga faktor yang membuat merek bikinannya bisa bersaing di pasar bisnis kulit. Pertama, material kulit atau raw material yang tidak boleh diolah asal-asalan. Kedua, desain-desain yang diusung punya kekhasan karena dikerjakan detail jahitan demi jahitannya.
Terakhir, nilai yang diemban Revolt Industry serta cerita-cerita di baliknya berusaha dikenalkan kepada konsumen. Agar ada hubungan personal yang mendalam.
Lima tahun pascamusibah, Revolt Industry pun bertransformasi menjadi merek yang diperhitungkan. Sekarang malah kewalahan melayani permintaan.
Penggemar hasil olahan kulitnya tidak hanya pasar domestik. Tetapi menembus pasar luar negeri. Terbanyak dari Jepang. Apalagi setelah mengadakan pameran di sana.
Kini omzet Revolt Industry bisa menyentuh Rp500 juta sampai Rp1 miliar. Selama pandemi pun tidak terlalu mengganggu karena pembelian daring terus jalan. ”Selalu akan ada kendala. Tapi semua harus dilewati,” pungkasnya. (Heti Palestina Yunani-Ajib Syahrian)