Di Lapindo, Bisa Panen Lithium Tanpa Menambang

Senin 31-01-2022,04:00 WIB
Editor : Redaksi DBL Indonesia

Kadar lithium (li) dan strontium (sr) di 9 titik pengambilan sampel Lumpur Lapindo cukup tinggi. Jumlahnya jauh melebihi angka kelimpahan unsur di bumi. Sementara itu, dari 17 kandungan logam tanah jarang (LTJ) yang dianggap sebagai harta karun, baru cerium (ce) dan yttrium (y) yang teridentifikasi .

Mantan Dosen Fisika Universitas Indonesia (UI) Dr. Pudji Untoro yang ikut dalam pengambilan sampel pada 2020 mengatakan, pemerintah harus memilih salah satu produk unggulan lumpur Sidoarjo. Baru kemudian ditentukan smelternya. “Misalnya lithiumnya atau logam tanah jarang. Pilih salah satu dan fokus ke sana,” jelas Cofounder PT. Cipta Mikro Material (CMiM) yang bergerak di jasa laboratorium bidang advance materials itu.

(Foto: Boy Slamet-Harian Disway)

Peneliti Senior Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) (2010-2012) itu melihat potensi lithium lebih besar. Angka kelimpahan unsur di bumi hanya 32 parts per million (ppm). Sedangkan di bagian tenggara Lumpur lapindo kadarnya mencapai 610 ppm.

Fortune Business Insights potensi pasar lithium begitu besar untuk memenuhi energi ramah lingkungan. Proyeksi pasar lithium global diproyeksikan mencapai USD 8,24 miliar atau setara Rp 1.185 triliun hingga 2027.

Potensi pengembangan lithium di Sidoarjo semakin tinggi mengingat teknologi ekstraksi yang ada saat ini sudah sangat canggih. Pudji yang kini mengajar di Universitas Surya Tangerang menjalin mitra dengan PT Geodipa Energi. Keduanya mengembangkan proses ekstraksi yang lebih efisien dan ekonomis. “Ada peluang pada peningkatan nilai tambah industri energi terbarukan khususnya industri baterai dan energy storage,” lanjut Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) 2017-2019 itu.

Sebagai negara khatulistiwa yang terletak di ring of fire, Indonesia punya banyak cadangan material berharga tinggi. Ia melihat ada hikmah di balik Lumpur Sidoarjo. Bencana itu bisa dijadikan berkah karena material langka yang banyak dicari itu keluar dengan sendirinya. Muntahan lumpur mencapai 60 ribu meter kubik per hari. Dan prediksinya baru berhenti 40 tahun lagi. “Jadi, tidak perlu repot-repot menambang. Kita cuma perlu pisahkan lumpur dengan material berharga di dalamnya,” katanya.

Potensi itu juga bisa dikoneksikan dengan rencana Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia. Negara produsen kendaraan listrik seperti Amerika Serikat dan Tiongkok tentu juga butuh banyak lithium itu.

Dalam jumpa pers 20 Januari lalu, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono mengatakan masih ada 10 penelitian lanjutan untuk Lumpur Lapindo. Tim peneliti akan menentukan potensi ekonomis Lumpur Lapindo.  Hasilnya baru diketahui pertengahan tahun ini. Mudah-mudahan ada kabar baik untuk warga Sidoarjo nantinya. Pemkab bisa memperoleh pendapatan dari sistem bagi hasil nantinya.  (Salman Muhiddin)

 

Tags :
Kategori :

Terkait