I Putu Asti didampingi Kanit PPA Iptu Bayu Sunarti Agustina, kepada pers, Kamis (17/2), mengatakan:
"Betul. Seorang pria diduga terlibat dengan keberangkatan empat perempuan ke Papua. Sudah kita amankan. Saat ini yang bersangkutan masih menjalani pemeriksaan di Unit PPA Satreskrim Polres Sukabumi."
Di Paniai, dua orang ditangkap anggota Polres Paniai, Papua. Para pemilik dua karaoke di dua lokasi berbeda. Kini mereka diperiksa.
Setelah heboh, Menteri Sosial Tri Rismaharini terpanggil ikut menolong para korban. ”Ya... kita lagi mendampingi untuk melakukan itu. Pendampingan,” kata Risma kepada pers Jumat (18/2).
Tekanan publik membesar. Agar dugaan perdagangan perempuan untuk pelacuran itu diungkap.
Itu kasus klasik. Hampir semua lokasi pelacuran melibatkan calo, pencari bibit baru pelacur. Agar stok selalu ”segar”. Di internasional, pencari bibit pelacur adalah geng kriminal.
Dikutip dari The Standard, Hongkong, 22 Mei 2011, yang mengutip buku karya Nickkita Lau berjudul Teen Girls Sell Sex via the Internet (2007), diungkapkan:
Pelacur di Hongkong didatangkan dari berbagai negara: Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Oleh geng penjahat, Triad. Yang melakukan aneka tipu-daya kepada para wanita muda, kemudian dibawa ke Hongkong.
Tiba di sana, korban disekap. Dipaksa jadi pelacur. Para korban terkurung, tidak ada akses komunikasi.
Disebutkan, di sana pelacuran legal. Asal, dilakukan sendirian (one for one). Pelacur wanita berada di satu apartemen, boleh melacurkan diri. Tapi, jika pelacur berkumpul di satu tempat, ilegal.
Itu, antara lain, untuk mematikan kegiatan geng penjahat. Namun, lokasi pelacuran yang berkumpul (ilegal) tetap saja ada.
Lokasi pelacuran yang berkumpul ada di diskotek atau hotel. Terutama di Distrik Tsim Sha Tsui dan Wan Chai. Dua distrik itu sangat terkenal.
Distrik Wan Chai malah jadi latar belakang kisah di novel. Karya novelis Inggris Richard Mason, berjudul The World of Suzie Wong (terbitan 1957).
Polisi setempat selalu melakukan penggerebekan. Tapi, mereka selalu kucing-kucingan dengan polisi. Geng penjahat melindungi pelacur, mengelabui polisi. Persis dengan empat cewek Sukabumi yang terjebak di Papua.
Di pandemi Omicron sekarang, yang sudah dua tahun, bisnis di Indonesia lesu. PHK di mana-mana. Jumlah orang miskin pasti bertambah. Meski belum disurvei, kenaikan jumlah orang miskin antara sebelum pandemi dan sekarang pasti bertambah.
Warga miskin bisa saja menyerah, jadi pelaku prostitusi. Terpaksa. Tapi, empat cewek Sukabumi itu sudah berjuang. Keluar dari prostitusi. Meski sebagian mereka janda yang menafkahi anak. Di situ nilai moralnya. (*)