PETA capres masih dinamis. Iya. Masih saling menjajaki dan tebar pesona. Tapi, kini mulai terlihat siapa yang pakemnya layak menduduki capres, siapa yang pakemnya untuk posisi cawapres.
Ibarat racing atau balapan, sudah mulai tergambar pole position-nya.
Dari sejumlah survei dan dukungan publik yang beredar, paling tidak ada tiga nama yang menempati pot capres. Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
Hasil berbagai survei kredibel, tiga nama itu bolak-balik merajai. Kadang kala Anies di atas, survei lain Prabowo di atas, lain kali Ganjar yang unggul. Intinya, mereka dalam kategori 3 besar.
Apalagi, setelah survei yang dilakukan Kompas, posisi ketiganya sebagai unggulan makin kuat menduduki pot capres. Dalam survei tepercaya itu, berturut Prabowo (26,5 persen), Ganjar (20,5), dan Anies (14,2).
Lepas dari berbagai survei tersebut, saya melihat ketiganya representatif dari polarisasi yang muncul di publik saat ini. Anies populer di kalangan kelompok Islam moderat. Ganjar sosok yang populer di kalangan nasionalis. Prabowo adalah tokoh tengah yang sudah teruji, serta para pendukung fanatik.
Dalam survei Kompas itu, juga muncul sepuluh nama lain. Yakni, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono, Basuki Purnama (Ahok), Ridwan Kamil, Tri Rismaharini, Andika Perkasa, Gatot Nurmantyo, Erick Thohir, Mahfud MD, dan Puan Maharani. Elektabilitas mereka di bawah 5 persen.
Di luar nama itu, ada sejumlah nama yang tetap beredar di publik. Misalnya, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, Zulkifli Hasan, Andi Amran Sulaiman, dan Khofifah Indar Parawansa.
Tren lain yang muncul pada beberapa minggu terakhir ini, mulai munculnya para calon itu berpasangan. Salah satunya poster Ganjar dan Puan di sejumlah kota. Gambar duet itu mulai muncul setelah Puan menyindir ada gubernur yang tak menyambutnya saat berkunjung ke daerah.
PDIP saat ini masih menimbang-nimbang siapa kadernya yang maju. Di struktural partai, nama Puan yang merupakan putri ketua umum sangat kuat. Namun, survei menunjukkan Ganjar jauh lebih populer. Pendukung Ganjar di akar rumput sempat bergejolak.
Mungkin di benak kelompok yang memasang poster Ganjar-Puan tersebut menganggap itu merupakan jalan tengah. Apakah duet satu partai tersebut bisa menang? Apakah PDIP mampu menang tanpa koalisi dengan parpol lain? Ujian berat. Duet satu partai itu juga pernah terjadi saat Prabowo-Sandi (Gerindra) pada Pilpres 2019. Walaupun meraih suara signifikan, mereka tetap tumbang.
Juga, sempat menguat usul Prabowo-Puan. Pasangan itu dianggap duet yang mewakili partai besar: Gerindra-PDIP. Mungkin duet itu sangat mudah meraih tiket, tapi di lapangan bakal menghadapi tantangan besar. Beberapa survei menunjukkan elektabilitas Puan masih di bawah 1 persen.
Dalam survei Indikator Politik Indonesia, duet Prabowo-Puan kalah oleh pasangan Ganjar yang menggandeng Erick Thohir. Ganjar-Erick itu cukup menjanjikan. Mereka juga mengungguli duet Anies-Sandiaga.
Anies pun mulai memamerkan kedekatannya dengan Ridwan Kamil. Keduanya muncul di JIS (Jakarta International Stadium), stadion milik Persija yang dibangun di era Anies itu. Mereka memperlihatkan gimmick adu penalti. Jejak keduanya juga sudah sering muncul tahun lalu. Tampaknya, duet itu bakal menjadi magnet di Jabar. Sayang, keduanya bukan kader partai mana pun sehingga belum ada jaminan tiket.
Pasangan Anies-AHY juga sempat muncul di atmosfer berita. Dianggap mewakili generasi muda. Yang pasti, duet itu sudah mengantongi tiket Demokrat. Anies tinggal mencari satu atau dua partai lain untuk mencapai 20 persen, persyaratan pencapresan.