Perlu ’perjuangan’ untuk sampai ke Air Terjun Kapas Biru di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang ini. Tapi begitu melihatnya, ’perjuangan’ itu berbuah manis.
Menghadiahi diri sendiri dengan reward adalah kebiasaan Kus Andi. Baginya, menyenangkan hati itu penting. Setidaknya untuk healing. Agar jiwa dan raga kembali segar.
Nah reward itu salah satunya dicarinya dengan mengambil waktu untuk jalan-jalan. Meskipun ditimpa kesibukan luar biasa sebagai marketing communication Hotel Swiss-Belinn Airport Surabaya.
Saat punya waktu libur yang terbatas, Kus biasanya langsung tancap gas mencari sasaran destinasi yang ingin dikunjunginya. ”Saya lebih suka pergi ke tempat wisata alam. Healing-nya terasa banget daripada ke tempat wisata buatan misalnya,” ujar kartunis itu.
Referensi Kus mudah. Salah satunya sering dari media sosial. Suatu kali, terpanalah Kus dengan unggahan foto tentang wisata alam di Lumayang yang bernama Air Terjun Kapas Biru atau yang biasa disebut Coban Kapas Biru.
Bermobil dari Surabaya, Kus langsung menuju arah Malang selatan. Mengingat posisi wisata tersebut lebih dekat dari Kabupaten Malang. ”Apalagi enggak mungkin kalau lewat Lumajang kota karena Jembatan Gladak Perak roboh,” terangnya.
Sejam kemudian sampailah Kus di Kota Malang. Namun perjalanan itu harus dilakoni lebih lanjut selama tiga jam. Untuk menuju Lumajang dengan rute Kepanjen–Gondanglegi–Turen–Dampit–Tirtoyudo–Ampelgading.
Hingga sampailah ia di Pronojiwo. ”Cari saja Polsek Pronojiwo. Itu bisa dijadikan patokan. Nah 100 meter setelahnya kita akan menemukan banner bertuliskan Coban Kapas Biru sebagai petunjuk masuk,” paparnya.
Setelah sekitar empat jam di kendaraan, ’perjuangan’ itu masih bersambung lebih seru. Dimulai dari pintu masuk, masih dibutuhkan waktu sekitar 45 menit untuk sampai ke air terjun yang dimaksud.
Medan menuju ke sana hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Sampai di sini, Kus punya tip bagi siapa saja. Sebaiknya siapkan siapkan fisik yang prima. Bawalah bekal makan dan minum cukup untuk selama perjalanan.
Kus sendiri sudah paham itu. Ia juga ready menggunakan alas kaki yang nyaman untuk kegiatan outdoor semacam itu. Meskipun cukup terhibur karena melewati kebun buah salak dan pohon bambu, pengunjung harus menuruni bukit dan jalanan yang cukup curam.
Bahkan kadang sangat sempit atau cukup dilalui oleh satu orang saja. Malah ketika turun kita harus bergantian saat meniti anak tangga yang terbuat dari besi. ”Jadi pastikan selalu berhati-hati dan berpegangan dengan pembatas yang ada,” terangnya.
Saran lagi, sebaiknya merencanakan pergi ke tempat ini dilakukan pagi-pagi sekali dari rumah. ”Jangan menuju lokasi ketika hari terlalu sore karena turunnya mungkin enggak masalah, tapi naiknya takut kemalaman,” terangnya.