Itu seperti cara para Wali Sanga dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa. Mereka masuk ke relung kehidupan masyarakat dengan tidak berhadap-hadapan. Akulturasi, istilahnya dalam sosiologi.
Tidak akan pernah ada sukses yang dibangun dari ego. Apalagi soal ke-Islam-an. Apalagi soal wayang maupun pengeras suara di masjid. Yang semuanya sudah masuk ranah publik.
Perlu cara maslahat, bahasa agamanya. Kebenaran tak harus disampaikan dengan cara sok-sokan. Apalagi memaksakan orang lain mengikuti keyakinan di tengah masyarakat yang beragam.
Saya tak pernah terpikir wayang dan toa menjadi begitu terkenal sekarang. (*)