Anak Omicron Belum Terbukti

Sabtu 05-03-2022,04:00 WIB
Editor : Redaksi DBL Indonesia

TIGA hari terakhir kasus varian Omicron BA.2 terdeteksi sebanyak 252 pasien. Kemarin (4/2), bertambah 80 pasien lagi. Kini total varian yang dijuluki son of Omicron itu mencapai 332 kasus.

Lalu, bagaimana sebetulnya tingkat bahaya (virulensi) varian tersebut? “Bahwa varian lebih cepat menular dan tingkat keparahannya tinggi itu belum terjadi,” jawab Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Wiweko saat dikonfirmasi kemarin.

Seluruh pasien cenderung mengalami gejala ringan dan sedang. Serupa dengan pasien yang terpapar Omicron biasa (BA.1). Yakni mayoritas berstatus tanpa gejala dan ringan. Misalnya, seperti flu, batuk, dan pilek biasa.

Menurut Nadia, varian Son of Omicron (BA.2) terdeteksi sejak lama. Sekitar awal Januari lalu. Bahkan ada turunan anak dari varian Omicron lain. Setidaknya ada beberapa varian yaitu BA.1.1 dan BA.3.

Hanya sekitar 25 persen kasus varian Son of Omicron dari seluruh total kasus Omicron di Indonesia. Sisanya varian lain seperti Alfa, Beta, Delta, dan Gamma. Namun, memang ada sejumlah negara yang didominasi varian Son of Omicron. Di antaranya Filipina, Brunei Darussalam, Bangladesh, India, Tiongkok, Nepal, dan Pakistan.

Ahli virus Prof Chairul Anwar Nidom memaparkan bahwa seluruh varian Covid-19 yang terdeteksi tak lebih dari sekadar nama. Fungsinya untuk menandai adanya perbedaan struktur dari setiap varian Covid-19 yang disebabkan oleh mutasi.

“Sudah sejak awal saya bilang bahwa sifat mutasi Covid-19 ini memang cerdik dan meliuk,” ujar ilmuwan peringkat ke-20 di Asia versi AD Scientific Index 2022 itu. Ia agak beda pendapat dengan pakar epidemiolog lainnya. Bahwa mutasi virus terjadi karena menghadapi cekaman antibodi. Baik antibodi alamiah maupun vaksin.

Nidom menjelaskan, Covid-19 punya struktur Antibody Dependent Enhancement (ADE). Dan belum ada vaksin jenis apapun yang sanggup menghindari protein ADE tersebut. Sehingga peluang virus untuk bermutasi akan terus terjadi sepanjang berhadapan dengan antibodi.

Bahkan ia memperkirakan pola mutasi Covid-19 melebihi influenza. Konon, kata Nidom, baru ada jenis vaksin yang akan mengatasi protein ADE tersebut. “Ada satu vaksin dar suatu perusahaan negara. Semoga saja segera diluncurkan,” katanya.

Nidom juga menyinggung virulensi varian Son of Omicron. Menurutnya belum ada fakta dan bukti yang kuat terkait virulensi varian BA.2 tersebut. Sebab aspek kajian klinis dan kajian virus belum sinkron. “Tapi, apapun faktanya, masyarakat tidak boleh meremehkan. Yang penting tetap prokes. Masker, masker, dan masker,” tandasnya.

Sementara itu, tambahan kasus harian di Jatim stabil di angka 5000-an. Di Asrama Haji, pasien yang isolasi tersisa sekitar 35 orang. Sedangkan di RSDL Bangkalan juga mulai menurun yakni tersisa sekitar 7 orang. 

Kini total kasus Covid-19 yang aktif mencapai 24.199 kasus. Jumlah itu terhitung paling rendah jika dibandingkan beberapa provinsi lain. Misalnya, Jawa Barat yang mencapai 174.431 kasus, Jawa Tengah mencapai 45.574 kasus, dan DKI Jakarta mencapai 35.028 kasus.

Rincian kasus Covid-19 di Jatim pun cukup beragam. Sebanyak 427 pasien menjalani perawatan ICU di RS, 4.312 pasien diisolasi di RS, 234 pasien menjalani isolasi di RS darurat, dan 531 pasien dirawat di isolasi terpusat (isoter). Sehingga, terhitung sekitar 19.226 pasien yang menjalani isolasi mandiri (isoman).

“Karena kasus positif saat ini didominasi tanpa gejala atau gejala ringan seperti flu biasa,” jelas Ketua Rumpun Kuratif Satgas Covid-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi, kemarin. Namun bisa saja dari jumlah itu ada pasien yang bandel. Artinya sudah tahu positif tapi tetap keluyuran.

Untuk itu, ia menyarankan agar mereka yang positif dan tak punya ruang isolasi memadai segera ke tempat isoter. Agar tidak menular ke banyak orang, baik di keluarga maupun lingkungan sekitar.

Tags :
Kategori :

Terkait