Harian Disway menanyakan apa yang membuatnya begitu bernyali. Itu seperti membayangkan orang Indonesia yang bersuara lantang untuk memperjuangkan hak-hak keluarga eks-PKI atau Timor Timur yang keluarganya mendapat perlakuan tidak manusiawi. Tekanannya pasti begitu besar.
Marjolein (kanan) menyatakan tidak takut dengan tindakannyi yang mengkritik negaranyi sendiri dalam diskusi 2017 di Belanda.Katanyi, kebenaran membuatnya kuat dan tidak punya rasa takut. Dia meresapi bahwa setiap orang pasti akan tahu mana yang benar dan mana yang salah.
“Sometimes I hear people say: there is not one truth, it is not black and white. That is nonsense: there is truth. An occupation of another man's land is always wrong. It cannot be right and wrong at the same time. (Terkadang saya mendengar orang berkata: tidak ada satu kebenaran, itu tidak hitam dan putih. Itu omong kosong: kebenaran itu ada. Menduduki tanah orang lain selalu salah. Tidak mungkin benar dan salah pada saat yang bersamaan,” kata pendiri Histori Bersama itu.
Menurutnyi, penjajah barat memakai propaganda dan indoktrinasi untuk mengontrol massa. Selama lebih dari 300 tahun Indonesia dijajah, kebohongan sudah menyebar seperti virus. Parahnya, masih ada yang terseret propaganda itu sampai sekarang.
Kini ada banyak hal yang harus diungkap ke publik. Marjolein percaya bahwa colonial empire belum mati. Namun, dia yakin semua itu akan segera runtuh.
Selama Pemerintahan Belanda masih eksis, dia yakin tidak akan pernah ada penyesalan yang tulus untuk Indonesia. Katanyi, It's impossible . Penyesalan yang sebenarnya baru akan muncul ketika rezim berubah ke ideologi lain. Meski begitu, Marjolein yakin tetap ada ruang untuk penyesalan yang tulus. Tapi tidak sekarang. (Salman Muhiddin)