Profil Wulan Rudy Prasetyo, Ketua Baru Hipmi Jateng

Rabu 16-03-2022,06:35 WIB
Editor : Redaksi DBL Indonesia

Jiwa bisnis Wulan Rudy Prasetyo terlatih sejak kecil. Bahkan sejak ia duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar (SD). Ia berjualan permen ke teman-teman sekolahnya. Tidak heran bila pengusaha 37 tahun asal Demak itu sukses memimpin belasan perusahaan.

---

SAAT berjualan di usia belia Itu dilakukan Rudy bukan karena keadaan darurat. Tetapi memang karena hobi. Laba yang diperolehnya memang tak seberapa. Namun, bisa menerbitkan rasa syukur dan gembira.

Begitu menginjak kelas 4, ia menerima kabar pahit. Bahwa ayahnya menderita kanker. Vonis dokter mengatakan daya survive-nya cuma 3 tahun. Semua keluarga terpukul. “Beliau berpesan kepada saya agar bisa mandiri,” ungkap pria kelahiran Demak itu.

Sang ayah meninggal saat Rudy duduk di bangku kelas 1 SMP. Kenyataan pahit seringkali menjadi pupuk yang bagus bagi tumbuh kembang seseorang. Sejak saat itulah, ia bertekad mengabdikan hidup untuk mendampingi ibunya.

Eksplorasi bisnis kecilnya pun makin berkembang. Setiap pulang sekolah, ia mampir ke peternak burung merpati. Membeli 4-5 pasang ekor merpati anakan.

Kemudian ia menjual burung-burung itu di pinggir jalan. Laba yang diperoleh juga masih tak seberapa. Cuma Rp 5.000 setiap ekor. Tapi, Rudy tetap gembira. Hitung-hitung, katanya, bisa buat tambahan uang jajan.

Makin dewasa, ia belajar mengambil tanggung jawab yang lebih besar. Rudy mengasah diri dan berbagi pemikiran dengan ibunya. Siap bermitra dengan Petrokimia Gresik untuk menambang pasir di kawasan Muntilan, Kabupaten Magelang.

“Saya ikut bawa ekskavator ke sana,” kenangnya. Bahkan, ia sempat dihadang oleh preman. Itu tak membuatnya berhenti. Rudy terus maju dan melanjutkannya.

Wulan Rudy Prasetyo toast dengan Dahlan Iskan disaksikan Billy Dahlan di acara Forum Bisnis Hipmi Jateng awal Maret. (Dok Hipmi Jateng)

Kecintaan Rudy pada dunia bisnis menjadi-jadi saat masa kuliah. Tepatnya saat jelang akhir masa kuliah. Itu didorong oleh insting bisnisnya yang makin matang.

Rudy mengamati toko retail pestisida milik sang ibu tidak berkembang cukup baik. Tanpa banyak pertimbangan, ia lalu meminta izin untuk mengelolanya. Laba yang didapat hanya sekitar Rp 2-3 juta per bulan.

Tiga bulan pertama, laba mulai bertambah. Di tangan Rudy, toko kecil itu membesar. Bahkan bisa menghasilkan laba bersih mencapai Rp 30 juta per bulan.

Momen itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Rudy bertekad membesarkan dan memperlebar sayap bisnisnya. Setiap tahun, ia berkomitmen untuk mencetak bentuk usaha yang baru.

“Saya tidak menutup untuk belajar hal-hal baru. Tiap tahun harus ada usaha yang baru,” kata alumnus Stikubank Semarang itu. Kini Rudy memiliki sejumlah perusahaan yang terus membuka lapangan kerja. Mulai dari sektor pertanian, peternakan, hingga beton energi.

Semangat belajarnya tinggi. Termasuk soal bahasa. Ia sering bertemu dengan Menteri BUMN 2011-2014 Dahlan Iskan. Ia terkagum-kagum saat melihat Dahlan Iskan beberapa kali mengangkat telepon dan berkomunikasi dalam bahasa Mandarin. "Akhirnya saya menyempatkan diri belajar Mandarin dari kawan saya di Taiwan," kata pemilik tempat wisata air Demak Green Garden (Degega) itu. 

Ia diajak seorang kawan untuk bergabung ke Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kabupaten Demak pada 2009. Namun, Rudy tidak siap. Waktunya habis untuk mengurus bisnis rental dump truck miliknya di Kalimantan Selatan.

Tags :
Kategori :

Terkait