Penjelajahan Tiga Zaman Ady Setyawan (2) : Kenang Kerja Paksa dengan Monumen dan Batik

Kamis 09-06-2022,16:54 WIB
Reporter : Michael Fredy Yacob
Editor : Doan Widhiandono

Ady juga mendatangi Rumah Merah Heritage, di Mahbong, Karangturi, Kecamatan Lasem. Rumah itu sangat kental bernuansa Tionghoa. Sesuai namanya, rumah itu berwarna merah. Di sana, dijual batik motif watu pecah itu.

Sayangnya Ady tidak bertemu langsung dengan perajin batik di sana. Hanya bertemu dengan marketing-nya, Dea Lingga. Usianya diperkirakan 20 tahun. “Saya tidak nanya usianya, Mas. Tapi yang pasti masih muda. Saya juga nggak bisa bertemu yang buat batik. Mereka sangat sibuk,” ungkapnya.

Ia yakini, masih ada monumen lain yang dibangun untuk menyimpan memori masa kelam kerja paksa. Sayang, dirinya tidak bisa mendatangi satu per satu. “Saya jam 10 malam sampai di Lasem. Tidak banyak tempat yang kami datangi. Saya kembali mengejar catatannya Pramoedya Ananta Toer,” ungkapnya.

Di Lasem, Pramoedya menuliskan bahwa daerah itu merupakan tempat pasukan Diponegoro menyelundupkan senjata api dari Singapura. Penyelundupan itu dilakukan oleh bangsawan wanita. Dia juga merupakan pasukan Diponegoro.

Tapi, tindakan itu ketahuan oleh tentara Belanda. Akhirnya bangsawan wanita bersama pasukannya digantung di Lasem. Tidak dijelaskan siapa bangsawan wanita itu. “Saya ke sana, mencoba menggali siapa perempuan itu. Kami tidak dapat informasi apa pun tentang itu,” jelasnya.

Ady dan Hadi mendapat informasi terkait keberadaan rumah pasukan Diponegoro di Lasem. Jejaknya masih terlihat hingga sekarang. Rumah itu terlihat sama dengan rumah penduduk lainnya. 

Namun, rumah pasukan Diponegoro memiliki tanda khusus. Yakni, pohon sawo yang berdiri di depan rumah mereka. Di kanan depan terdapat sumur. Pohon sawo itu memiliki arti lurus dan rapatkan barisan. “Kalau sumur, saya tidak dapat penjelasan. Saya hanya dijelaskan terkait pohon sawo saja,” ucapnya. (Michael Fredy Yacob)

 

Kategori :