Meski Anton menyadari watak sebuah pasar. Pasti ada yang tertarik sekaligus ada yang tidak. Tinggal bagaimana menyusun promosi yang menarik.
Promo Blockbuster Museum pun digencarkan melalui berbagai macam media sosial. Ia menyebar promosi itu ke komunitas-komunitas pencinta film. Hasilnya cukup memuaskan.
Pengunjung mulai berbondong-bondong datang di bulan keempat. Anton kegirangan bukan main. Merasa bahagia karena usahanya diapresiasi oleh banyak orang. Yang paling berkesan adalah turis dari Jepang.
“Dia bilang, nggak bisa kasih testimoni karena saking senangnya,” ujar Anton. Turis asing itu kebetulan sesama pencinta film. Seluruh koleksi di Blockbuster Museum mengantarkan si turis pada setiap kenangan.
Jika pengunjung biasa paling lama 30-60 menit, si turis Jepang itu bisa betah sampai 3 jam. Berhenti puluhan menit di setiap diorama. Bahkan sempat menangis lantaran terkenang mantan pacar lantaran melihat salah satu diorama.
“Dia seperti menemukan yang dicarinya selama ini. Katanya begitu. Kerinduan pada masa lalunya merasa terbayar,” jelas Anton. Tiga bulan setelah kunjungan itu, si turis memboyong 22 temannya dari Jepang. Datang ke Surabaya demi menuntaskan kenangan di Blockbuster Museum. (Mohamad Nur Khotib)