OTAK bisnis Hermes Thamrin terasah sejak belia. Bayangkan, di usia 7 tahun saja sudah terbiasa membantu orang tuanya berdagang. Bahkan memulai bisnisnya sendiri ketika umurnya menginjak 12 tahun: jualan pakan ternak. Itu dilakukannya setelah melihat ampas kelapa menggunung tak termanfaatkan di pasar.
Sayang, dagangannya ini terpaksa ia hentikan karena harus ke Medan untuk melanjutkan SMA. Sementara rumahnya ada di Tanjung Balai –187 KM lebih jauhnya dari tempat Hermes sekolah.
Hermes baru bekerja lagi sehabis SMA. Masih sempat masuk perguruan tinggi, sebenarnya. Tapi, karena tidak betah menghafal materi-materi perkuliahan, ia akhirnya memutuskan keluar. Fokus berkarir. Jadi sales kosmetik asal luar negeri.
Dua tahun di situ, Hermes kemudian pindah ke perusahaan farmasi multinasional asal Inggris. Tak sampai 3 bulan, jabatannya naik: sebagai penyedia produk Welcome se-Sumatera. Ia punya trik marketing yang cukup nyeleneh di zamannya: pakai SPG (Sales Promotion Girl) untuk produk Hazeline Snow.
Mengetahui kecemerlangan ide Hermes, bosnya mengajaknya ke Jakarta. Mengangkatnya sebagai kepala divisi pemasaran Welcome selama 10 tahun, dengan jabatan terakhir manajer pemasaran.
Usai ikut orang, Hermes buka usaha bareng teman-temannya. Mulai dari mendirikan PT yang bergerak dalam distribusi pembalut, cat untuk kebutuhan industri, film kartun, hingga puncaknya: ponsel. Hp Ericsson dan Nokia yang doeloe Anda pakai, ya Hermes distributornya. Majalah Selular yang biasa Anda baca, ya Hermes pendirinya.
BACA JUGA:Cheng Yu Ketua Umum PITI Serian Wijatno: Ji Ye Cheng Qiu, Bei Gong She Ying
Belum puas cuan di bidang handphone, Hermes menjajal peruntungan lain. Di Banda Aceh, ia mendirikan hotel bernuansa Timur Tengah. Namanya: Hermes Hotel. Juga membangun mal pertama di sana: Hermes Mall –kini Plaza Aceh. Di Medan, ia menggarap Cambridge Mall dan kondominium.
Anda mungkin bertanya-tanya, "Kok Pak Hermes gampang sekali suksesnya?"
Tetapi ia menjawab begini kepada Harian Disway waktu ditanya begitu, "Seberat-berat mata memandang, jauh lebih berat bahu yang memikul." Maksudnya, di mata orang memang kelihatan mudah, padahal orang yang menjalaninya merasa sulit.
Persis ungkapan Tiongkok klasik, "事非经过不知难" (shì fēi jīng guò bù zhī nán): kalau tidak dijalani sendiri, tidak akan tahu ruwetnya. (*)