Bupati Pamekasan Baddrut Tamam dan Apresiasi Dahlan Iskan: Dari Sigap hingga Wamira Mart

Jumat 10-06-2022,06:00 WIB
Reporter : Tomy C. Gutomo
Editor : Tomy C. Gutomo


BUPATI Pamekasan menunjukkan sepatu buatan UMKM.-EKO SUSWANTORO-Harian Disway-

Sebagai gantinya, Baddrut menggagas Warung Milik Rakyat (Wamira) Mart. Warga yang memiliki toko difasilitasi untuk mengembangkan tokonya menjadi toko swalayan. Seperti minimarket modern namun barang yang dijajakan adalah produk Pamekasan. Terutama produk UMKM Pamekasan. 

Ide ini juga mendapat apresiasi khusus dari Dahlan Iskan. Menurut Dahlan Iskan, Wamira Mart ini gagasan yang menarik. Sebab, Wamira Mart ini milik perseorangan yang sebelumnya sudah memiliki toko. Kemudian di-branding oleh Pemkab. Sehingga setidaknya pemilik Wamira Mart ini sudah memiliki jiwa entrepreneurship. Pemkab tidak perlu khawatir modal yang disalurkan sia-sia belaka.

Saat ini memang baru ada tujuh Wamira Mart. Namun tahun ini segera berdiri 91 Wamira Mart di 13 kecamatan. Pemkab memberikan pelatihan usaha gratis kepada warga. Juga memfasilitasi bantuan alat produksi melalui dana corporate social responsibility (CSR). Lalu memberikan pinjaman dengan bunga 1 persen. Termasuk memfasilitasi pemasaran secara online maupun offline.  

"Isi Wamira Mart ini adalah dari UMKM. 40 persen isi UMKM, 60 persennya kita kerja sama dengan beberapa korporasi," kata Baddrut. 

Baddrut memang sangat fokus mengembangkan UMKM. Ia memiliki program saputangan biru. Sepuluh ribu wirausaha baru. Berbagai dana CSR digelontorkan untuk membantu warga yang ingin berusaha. Menurut Baddrut, potensi ekonomi Pamekasan begitu besar. Ia mencontohkan untuk Lebaran saja, belanja baju dan sarung baru warga Madura itu mencapai triliunan rupiah. "Kalau kebutuhan itu bisa dipenuhi dari Madura khususnya Pamekasan, uang orang Madura tidak lari ke luar," kata tokoh NU itu.

Baddrut juga mendorong setiap desa harus punya "judul". Kalau desa itu memilih pertanian, fokus Pemkab di desa tersebut adalah pertanian. Kalau wisata misalnya, pembangunannya diarahkan untuk sektor pariwisata. "Judul" itu ditentukan sendiri oleh warga. 

Ada desa yang memiliki fokus UMKM. Sehingga berdiri kampung sepatu, kampung sandal, hingga kampung batik. Ada juga satu desa yang memilih desa wisata. Kebetulan warganya banyak yang sekolah ke luar Madura. Mereka menggagas edu wisata garam. Itu ada di Desa Bunder, Kecamatan Pademawu. " Wisatawan bisa melakukan susur sungai hingga melihat dari dekat proses produksi garam. Dibangun juga spot-spot foto yang menarik," kata Baddrut. (*)

 

 

   

 

 

 

 

 

Kategori :