DAVID Herman Jaya alias Liem Wan King (林万金) tidak ujug-ujug sesukses dan sekaya sekarang. Tempaan keras sudah dijalaninya sejak kecil. Sebelum punya karoseri New Armada, mantan ketua umum PSMTI itu telah mencoba beragam bisnis: dagang pakaian dan payung di Pasar Rejowinangun.
Tidak cukup di situ. Sehabis berdagang, Wan King masih bantu-bantu di bengkel ayahnya. Bahkan tak segan ikut mengelas sendiri kendaraan-kendaraan yang dibengkelkan di sana.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pengusaha Hermes Thamrin: Shi Fei Jing Guo Bu Zhi Nan
Wan King seakan tak punya waktu senggang. Dari bengkel ke pasar, dari pasar ke bengkel. Begitu saja aktivitas kesehariannya.
Tak heran bila usahanya terus membesar. Toko bajunya buka cabang di mana-mana. Di Magelang ada. Di Yogyakarta ada. Di Purworejo ada. Di Purwokerto ada.
Namun, tahun 1973 jadi titik awal kulminasinya. Kala itu, Wan King coba-coba memodifikasi mobil pikap. Hendak diubah menjadi minibus. Mempekerjakan 30 orang.
Tak disangka-sangka, begitu jadi, lima minibus garapannya diminati konsumen. Diborong semua. Padahal, semula niatnya cuma mau dipakai sendiri oleh Wan King. Melihat awal yang baik ini, ia langsung berinisiatif mendirikan PT –di umurnya yang masih 21 tahun. Diberilah nama PT Mekar Armada Jaya –atau yang lebih kita kenal sebagai New Armada.
Seiring masa, dari skala rumahan, New Armada tumbuh menjadi perusahaan raksasa di bidangnya. Luas lahannya terus membesar hingga lebih 30 hektare. Karyawannya tak henti bertambah sampai 5 ribuan. Produksi per bulannya di atas 1.000 unit. Cakupan usahanya melebar: perhotelan, mal, keuangan, dan banyak lagi yang lainnya.
Apa yang membuat Wan King sebegini hebatnya? Tak lepas dari keyakinannya: "Kemampuan manusia ada batasnya. Usaha keraslah yang menjadikannya tak terbatas." Wan King menyatakan demikian, kapan hari.
Persis pepatah Mandarin yang disukainya, "水滴石穿" (shuǐ dī shí chuān): air yang menetes terus-menerus akan membuat batu pecah juga pada akhirnya. (*)