AZMI Abubakar memang bukan orang Tionghoa. Tapi kecintaannya kepada hampir segala hal yang berkelindan dengan Tionghoa tak perlu ditanya. Bahkan, di benaknya pernah terbersit pertanyaan berupa keinginan, "Kenapa saya tidak dilahirkan sebagai Tionghoa saja?"
Untung, "cita-cita" itu sudah terwujud. Meski cuma dalam bentuk nama. Tahun 2019 lalu, PSMTI memberi Azmi nama Tionghoa: Lin Shiming (林世明).
Ditanya mengapa begitu mencintai Tionghoa, Azmi menjawab, "Karena banyak sekali yang perlu diluruskan. Terutama terkait sumbangsih etnik Tionghoa terhadap Indonesia. Dalam beragam hal."
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Mantan Ketua Umum PSMTI David Herman Jaya: Shui Di Shi Chuan
Menurut Azmi, sama seperti etnis lainnya, masyarakat Tionghoa juga mempunyai peranan yang tak kalah luar biasa bagi negara kita –bahkan sejak sebelum merdeka.
Bedanya, kata Azmi, "Di etnis lain, kita selalu mendengar kisah kepahlawanan, kepatriotan. Di Tionghoa tidak. Etnis lain sebenarnya juga punya sisi negatif, tapi ditutup serapat-rapatnya. Yang ditonjolkan hanya positif-positifnya. Sebaliknya Tionghoa. Mereka punya banyak sekali sisi positif, tapi ditutup serapat-rapatnya. Malah yang negatif yang diumbar, bahkan ditambah-tambahi."
Narasi berat sebelah itulah yang, dalam pandangan Azmi, menyebabkan tak sedikit masyarakat Indonesia jadi antipati terhadap Tionghoa.
Makanya, pada November 2011, Azmi –yang putra kiai asal Aceh– mendirikan dan mengelola Museum Pustaka Peranakan Tionghoa. Dengan tujuan, melalui buku-buku klasik yang disimpan di sana, memberikan informasi yang lebih berimbang mengenai bangsa ini. Agar bisa saling kenal. Untuk saling berteman. Sebab, Azmi mengumpamakan, "Hidup bila tidak ada kawan, sama seperti tidak ada matahari."
Sebelum akhirnya dibeli, gedungnya awalnya ngontrak. Ia tidak mau menerima bantuan dari pihak manapun. Semata untuk menjaga netralitas. Biayanya sepenuhnya didapat dari menyisihkan uangnya sendiri. Dari jualan properti.
Begitulah Azmi. Ia mungkin ingin meneladani Yan Ying 晏嬰, negarawan negara Qi, yang diakui Konfusius, "suka berkawan dengan banyak orang" (善与人交 shàn yǔ rén jiāo), sehingga makin hari makin dihormati. (*)