SURABAYA, HARIAN DISWAY- Kasus penahanan ijazah pelajar SMA di Surabaya akhirnya tuntas. Pemkot Surabaya dan Baznas telah menebus 729 ijazah. Ratusan ijazah itu dibebaskan dari 25 sekolah dengan biaya mencapai Rp 1,7 miliar.
Penyerahan ijazah digelar di Convention Hall, Jalan Arief Rahman Hakim, Selasa, 14 Juni 2022. Dihadiri langsung oleh para siswa maupun orang tua. Mereka terlihat lega karena pulang dengan membawa ijazah begitu keluar dari gedung.
Penahanan ijazah yang dilakukan sekolah itu memang suatu ironi dunia pendidikan. Hubungan antara sekolah dan siswa sangat transaksional. Bahkan, menyerupai bank dan pengutang.
”Saya nunggak hampir dua juta rupiah. Jadi, ditahan ijazahnya,” ujar Rahmad Dwiyan Makhfud seusai menerima ijazah tebusan itu. Alumnus SMA Yapita itu sudah setahun lulus tanpa mengantongi ijazah. Lantaran menunggak berbagai biaya di sekolah.
Selama itu pula Rahmad tidak bisa melamar pekerjaan. Ia hanya bisa membantu usaha online shop milik orang tuanya. Kini ijazah sudah di tangannya. Rachmad ingin melamar pekerjaan ke berbagai perusahaan.
Nasib yang lebih berat dialami Muhadir Rafi’i. Alumnus SMA Maryam itu menunggak biaya sekolah hingga Rp 2,6 juta. Benar-benar tak punya uang untuk melunasinya.
Rafi’i lulus pada 2020. Artinya, sudah hampir dua tahun. ”Saya nganggur sejak lulus. Gak tahu mau ngapain. Ini dapat ijazah, mau nyoba ngelamar kerja,” kisahnya dengan nada agak lesu.
Selain itu, ada orang tua yang mewakili anaknya. Salah satunya Ainur Rofiq. Ia mengambil ijazah putranya, Endin Jorgy. Nasib putra sulungnya itu sedikit lebih mujur ketimbang teman yang lain.
Sebab, Endin sudah diterima sebagai mahasiswa di UIN Sunan Ampel Surabaya dengan jalur beasiswa. Alumnus MA Imam Syafi’i itu mengambil jurusan manajemen dakwah. ”Daftarnya pakai SKL. Gak pakai ijazah. Alhamdulillah bisa lolos beasiswa,” ungkap Ainur yang ditemani sang istri seusai mengambil ijazah putranya.
Wali Kota Eri Cahyadi bersama Baznas menyelesaikan administrasi tunggakan 729 pelajar SMA/sederajat. Ijazah tahun 2020/2021 tersebut sempat ditahan pihak sekolah lantaran para pelajar masih memiliki tunggakan administrasi SPP, uang gedung, dan lain sebagainya.
”Sebenarnya, jumlahnya ada seribu ijazah. Tapi, masih kami proses,” terangnya saat memberikan sambutan. Ia mengungkapkan, seluruh biaya penebusan itu dari Baznas. Yakni, bersumber dari zakat para aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkot Surabaya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wawali Kota Armudji berdialog dengan para lulusan SMA.-Humas Pemkot Surabaya-
Ia pun turut menyampaikan terima kasih kepada seluruh ASN. Sebab, zakat itu bisa bermanfaat untuk penebusan ijazah. Ia berharap agar hal tersebut bisa berlanjut terus-menerus. Hingga tak ada lagi para pelajar yang tidak bisa menebus ijazahnya karena punya utang.
Eri memastikan, permasalahan tersebut tidak akan terulang. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. ”Semoga tahun ini terakhir. Tidak ada lagi yang tidak bisa menebus ijazahnya. Wong sudah merdeka, kok masih ada ijazah ditahan?” ungkapnya dengan disambut tepuk tangan para hadirin.
Ia akan memerinci kewajiban setiap siswa di sekolah. Apabila bopda dari pemerintah provinsi dan Baznas dari pemerintah pusat tak mencukupi, bakal dianggarkan beasiswa untuk pelajar SMA. Dengan demikian, tak ada lagi alasan penunggakan.
Misi itu tentu sejalan dengan Pemprov Jatim. Sebab, pendidikan merupakan harapan bagi semua pihak. Maka, seluruh generasi muda harus bisa mencapai pendidikan yang tinggi atau menempuh karier tanpa harus diganggu oleh penahanan ijazah. ”Di situlah kita akan bersinergi dan berkolaborasi,” jelasnya. (*)