Menekan Risiko Penyakit
Tidak sedikit penelitian observasional yang menghubungkan konsumsi cabai dengan umur yang lebih panjang. Namun tidak sedikit pula yang meragukannya. Risiko mengalami penyakit jantung dan kanker, dikatakan lebih kecil pada orang yang gemar makan pedas.
Kesimpulan ini diperoleh dari analisis banyak penelitian tentang kesehatan global. Contohnya, suatu observasi dilakukan terhadap 570 ribu orang di Amerika Serikat, Tiongkok, Iran dan Italia. Pada setiap orang tersebut, dilakukan pemeriksaan terhadap catatan riwayat kesehatan dan pola dietnya.
Hasilnya, dikatakan risiko penggemar cabai yang meninggal karena penyakit jantung, lebih rendah 26 persen dibanding yang tidak suka pedas. Risiko akibat kanker turun sebesar 23 persen. Demikian juga terhadap penyakit lainnya, risiko tersebut bisa berkurang hingga 25 persen. Sayang sekali tidak diuraikan dengan jelas, berapa banyak jumlah cabai serta lama dan cara mengonsumsinya.
MENURUT data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2018, Indonesia menduduki peringkat keempat sebagai produsen cabai tertinggi di dunia. Tapi akhir- akhir ini harganya justru melambung karena kurangnya pasokan di pasaran. -Boy Slamet-
Manfaat
Capsaicin yang terkandung dalam cabai diduga kuat berada di balik efek yang menguntungkan itu. Menurut riset, senyawa tersebut memiliki efek anti inflamasi, anti oksidan dan anti kanker.
Peranannya juga banyak diteliti dalam kaitannya dengan fungsi regulasi gula darah. Namun secara spesifik belum diketahui titik tangkapnya. Capsaicin sudah dikenal lama sebagai komponen utama dalam banyak salep atau gel yang digunakan sebagai terapi lokal pereda nyeri. Ada sensasi rasa panas yang dihasilkannya.
Kandungan vitamin A dan vitamin C yang tinggi dalam cabai, penting sebagai unsur penunjang kesehatan. Faal imunitas, penyembuhan luka dan kesehatan mata, mungkin akan menjadi lebih baik.
Kelompok vitamin tersebut mempunyai khasiat sebagai anti oksidan yang dapat melindungi sel-sel tubuh manusia dari berbagai dampak negatif radikal bebas. Radikal bebas merupakan molekul yang reaktif dan dapat memicu kerusakan sel atau jaringan tubuh.
Dalam jangka panjang, dapat berkontribusi terhadap timbulnya berbagai penyakit kronis dan degeneratif (misalnya penyakit jantung, hipertensi, strok, Alzheimer dan kanker). Molekul yang merugikan ini, secara alamiah bisa dihasilkan dari dalam tubuh (endogen). Tetapi yang terbanyak, dihasilkan dari luar tubuh (eksogen). Misalnya akibat polusi udara, rokok atau pestisida.
Beberapa penelitian juga menghubungkan manfaat cabai untuk menurunkan kadar lemak darah. Efeknya yang dapat meningkatkan laju metabolisme, mungkin bisa berkontribusi bagi penurunan berat badan.
Walaupun belum ada riset yang sahih, senyawa yang terkandung dalam cabai, diklaim dapat mengurangi rasa sakit akibat migrain. Juga dapat membantu mengurangi gejala flu, mencegah alergi ataupun menghambat pertumbuhan jamur.
Sebelum ditemukannya lemari es, cabai rawit secara tradisional digunakan sebagai pengawet makanan alamiah. Senyawa alkaloid, saponin dan flavonoid yang dikandungnya, mempunyai efek sebagai anti bakteri. Salah satu faktor penyebab makanan cepat menjadi basi, adalah kontaminasi mikroba yang dapat mengurai makanan.
Efek Negatif