Sebagaimana diketahui BPA atau Bisphenol A merupakan zat yang digunakan dalam proses pembuatan kemasan plastik polikarbonat (PC). Plastik Polikarbonat digunakan untuk bermacam produk konsumen termasuk kemasan air minum dan sebagai lapisan (liner, epoxy) dalam kemasan kaleng makanan.
Beberapa pakar yang diundang dalam acara ini menyampaikan paparan mengenai potensi bahaya BPA jika terkonsumsi oleh manusia. Namun tidak dijelaskan apakah penelitian ini independen atau ada sponsor yang membiayai.
Selain itu dinyatakan bahwa penelitian itu belum dilakukan peer review atau belum dilakukan kajian oleh peneliti lain dan sejawat. Termasuk YLKI dan BPKN yang juga belum pernah dapat pengaduan dari masyarakat.
Jika demikian, maka sangat mengherankan bila saat Kepala BPOM sendiri belum mengetahui jelas kausalitasnya, namun mengapa sudah dianggap sesuatu yang pasti. Bahkan justru berani membuat kebijakan.
Penyebab Autisme?
Sebelumnya beberapa pakar telah menyampaikan suara penentangan atas isu yang menghubungkan penggunaan air minum dari galon guna ulang dengan autisme. Misalnya, pakar pendidikan autisme, Imaculata Umiyati, yang mengatakan bahwa penyebab anak menjadi autis masih multifaktor.
Berita yang menautkan autisme dengan konsumsi air galon polikarbonat masih perlu penitian mendalam. Selama AMDK sudah mendapatkan izin sudah pasti aman dikonsumsi.
Dokter spesialis anak dan konsultan tumbuh kembang anak, Bernie Endyarni menegaskan pula bahwa tidak pernah ada anak menjadi autis karena mengonsumsi air galon guna ulang.
Menurutnya, penyebab pastinya anak autis masih belum diketahui. Menurutnya, yang baru diketahui adalah anak auitis itu ada hubungannya dengan genetik tertentu seperti adanya autism pada kelainan Fragile X syndrome.
Temuan Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Alamsyah Aziz mengatakan sampai saat ini tidak pernah menemukan pengaruh BPA terhadap janin. Menurutnya, kelainan bawaan yang terjadi pada anatomi janin itu memang bisa disebabkan karena adanya exposure dari bahan-bahan yang berbahaya, termasuk BPA jika jumlah yang masuk ke dalam tubuh itu cukup tinggi, misalnya mencapai 250 miligram.
Tapi pada kenyataannya, yang ditemukan pada ibu hamil, pada janin, itu sangat jauh di bawah rata-rata batas aman keamanan yang sudah ditetapkan BPOM, yaitu sebanyak 600 mikrogram per kilogram berat badan per hari. Jadi migrasi BPA yang terjadi pada galon guna ulang itu sangat di bawah batas keamanan.
Libatkan Kalangan Industri
Dari fakta-fakta tersebut maka penerbitan autran oleh BPOM untuk melakukan pelabelan Bisphenol-A atau BPA pada galon guna ulang hendaknya dikaji kembali.
Hal ini sesuai desakan Anggota Komisi IX DPR RI Rahmad Handoyo yang meminta Badan BPOM melibatkan kalangan industri terkait rencana menerbitkan aturan mengenai pelabelan potensi bahaya Bisfenol-A (BPA) pada air minum galon.
Kalangan industri harus diajak diskusi. Misalnya tentang pelabelannya seperti apa agar hal tersebut tidak mengganggu perusahaan. (*)
dr Eva Sridiana Chaniago, Ketua Dokter Indonesia Bersatu (DIB)