Indra Gunawan alias Tan Soei Sing menyukai banyak ajaran Zen. Termasuk di antaranya peribahasa yang bunyinya, "Dalam pikiran pemula ada banyak kemungkinan. Dalam pikiran pakar hanya ada beberapa."
Maksudnya, terang Indra, "Seorang pemula tidak dibatasi oleh kotak-kotak dan sekat pengetahuan. Makanya bisa lebih kreatif dan bebas berkelana. Sementara pakar dapat 'terkurung' dalam benteng pengetahuannya, canggung dan takut salah di luar studinya."
Karena itu, Indra mengajak kaum pakar zaman sekarang untuk tetap bisa kreatif dan inovatif agar tidak 'kalah saing' dengan kaum awam. Sebab bila tidak, apa yang disebut Tom Nichols sebagai "the death of expertise" (matinya kepakaran), bisa-bisa terjadi beneran.
Akibatnya, masyarakat lebih memercayai mereka yang pembicaraannya tidak berdasar tapi follower-nya banyak, ketimbang pendapat yang terukur dari para ahli namun tidak membumi.
"Untuk itu, para pakar perlu mampu berpikir multidisipliner, out of the box thinking, berpikir di luar kotaknya," tegas Indra.
Dahulu kala, Zhuge Liang 诸葛亮 pernah mengutarakan pendapat serupa. Kata ahli strategi militer ulung Tiongkok kuno ini, supaya pemerintahan tetap berjalan di jalan yang benar, para elite negeri harus "集思广益" (jí sī guǎng yì): mengambil dan menyatukan beragam pemikiran. Eklektik.
Indra orang yang demikian. Setelah sebelumnya lama berkiprah di PIA (Pers Biro Indonesia yang belakangan dimerger dengan LKBN Antara), ia ditarik menjadi salah satu wartawan pertama harian Kompas oleh pendirinya.
Selain sebagai jurnalis senior dan eksekutif perusahaan, Indra adalah pembelajar yang tekun. Tak pernah mau berhenti belajar apa pun dan kepada siapa pun, lalu mengkristalkannya menjadi pedoman menjalani kehidupan dengan penuh kearifan. (*)