Cheng Yu Pilihan Ketua Dewas Yayasan Tunas Bangsa Soposurung Robert Njo: Tie Chu Cheng Zhen

Rabu 13-07-2022,07:17 WIB
Reporter : Novi Basuki & Annie Wong
Editor : Tomy C. Gutomo

TIONGKOK mempunyai banyak sekali mitologi mengenai mengubah yang tak mungkin jadi mungkin. Dari impossible ke I'm possible. Hikayat-hikayat ini kemudian dipatenkan dalam bentuk cheng yu (baca: jeng i). Untuk dijadikan pelajaran bagi generasi selanjutnya. Misalnya cerita tentang seorang kakek yang bertekad memindah gunung: 愚公移山 (Yúgōng yí shān). Yang termaktub dalam Liezi (列子), kitab beraliran Taoisme. 

Syahdan, orang-orang mem-bully sang kakek habis-habisan. Karena dianggap melakukan hal bodoh. "Mana mungkin gunung bisa dipindah? Sudahlah, terima saja gunung menghalangi rumahmu. Atau kamu yang pindah tempat," cibir tetangganya, yang mendapati sang kakek mulai memacul gunung.

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Ketua Harian Perhimpunan INTI Indra Wahidin: Nan De Hu Tu

Namun, sang kakek tak peduli. Tetap melanjutkan. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun. Tidak putus asa. Teguh pada pendiriannya.

Melihat kesungguh-sungguhan sang kakek, Tuhan pun terharu. Lalu, kun fayakūn, Tuhan memindahkan gunung itu.

Ada juga kisah terkait pujangga masyhur dinasti Tang Li Bai 李白 yang bertemu nenek tua sedang mengasah lonjoran besi untuk dijadikan jarum: "铁杵成针" (tiě chǔ chéng zhēn). Robert Njo, ketua dewan pengawas Yayasan Tunas Bangsa Soposurung, mengaku mendapat banyak pelajaran hidup dari pepatah yang artinya kira-kira "siapa giat dia dapat" tersebut.

Dikisahkan penulis era dinasti Song Zhu Mu 祝穆 dalam bukunya, Fang Yu Sheng Lan (方舆胜览), saat masih kanak-kanak, Li Bai bandel banget. Sekolahnya tidak becus. Malahan memutuskan berhenti. Tanpa dinyana, di tengah perjalanan pulang, ia berjumpa nenek tua tadi. Li Bai insaf. Belajarnya makin rajin. Hingga akhirnya menjadi orang besar.

Intinya, mantapkan keyakinan. Perjuangkan terus apa yang dicita-citakan. Tak usah hiraukan apa kata orang. (*)

 

Kategori :