Ribuan warga dari berbagai daerah mengikuti Ruwat Sumber Pairitan Jolotundo di Dusun Biting, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada Rabu, 3 Agustus 2022.
Mulai anak-anak hingga dewasa semua senang terlibat dalam arak-arakan yang membawa sejumlah tumpeng dan sesajen yang merupakan simbol hasil bumi. Tak ketinggalan satu hal yang utama adalah air yang diambil dari mata air di wilayah mereka tinggal masing-masing. Tampak arak-arakan terlihat sejak dari Dusun Biting menuju petirtaan Jolotundo. Diikuti barisan pemegang kendi berisi air sebanyak 33 buah yang menunjukkan 33 sumber mata air di sekitar Jolotundo atau dari Gunung Penanggungan. Selanjutnya air tersebut disatukan di petirtaan tersebut. Sementara tumpeng dan sesajen itu didoakan untuk kemudian dibagikan kepada warga. Ikut meramaikan pertunjukan kesenian bantengan yang menggunakan kekuatan magis hingga sejumlah pemain itu dirasuki oleh leluhur. Ritual Ruwat Sumber Patirtan Jolotundo tersebut dilakukan sebagai bentuk terima kasih kepada Tuhan Yang Mahaesa atas limpahan air yang tak pernah habis meskipun selama musim kemarau panjang. Selain menjadi upaya pelestarian adat istiadat dan budaya, mata air di Gunung Penanggunan yang menjadi sumber kehidupan di sekitaran wilayah Pertitaan Jolotundo. Kegiatan tersebut juga dimaksudkan sebagai simbol komitmen bersama menjaga melestarikan Pertitaan Jolotundo. (*) NGALAP BERKAH Ratusan warga yang mengikuti ritual Ruwat Sumber Patirtan Jolotundo merebut gunungan hasil bumi yang telah didoakan oleh sesepuh. Mereka mengharapkan berkah darinya.TRANS Tampilan penari bantengan yang kerasukan saat mengikuti ritual Ruwat Sumber Patirtan Jolotundo yang digelar di Dusun Biting, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
SUMBER AIR Penari melakukan tarian bertajuk unduh tirto di Petirtaan Jolotundo. Tarian itu menyiratkan tentang melimpahnya air yang ada di daerah Jolotundo atau dari Gunung Penanggungan.
DOA Mantra-mantra yang diucapkan oleh pemimpin ritual ketika dilangsungkan Ruwat Sumber Patirtan Jolotundo yang digelar sebagai tanda syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa atas sumber mata air yang tetap terjaga.
RITUAL Mantra atau doa diucapkan sebelum air di dalam kendi dituangkan menjadi satu dalam Petirtaan Jolotundo. Sebanyak 33 kendi dibawa ke tempat upacara yang diambil dari berbagai sumber mata air.
BERSATU Puncak ritual Ruwat Sumber Patirtan Jolotundo ditandai ketika 33 air di dalam kendi yang diambil dari sumber mata air di empat penjuru Gunung Penanggungan dijadikan satu di Petirtaan Jolotundo.