”Zhi Nu memergoki Niulang yang mencuri pakaian tersebut. Karena dilihat dalam keadaan telanjang, berdasarkan tradisi, Niulang harus menikahi Zhi Nu,” papar Ping Andry, salah seorang pengurus PDB Lotus.
Ternyata setelah menikah, keduanya sama-sama saling mencintai sebagai suami-istri. Masalah terjadi ketika Dewi Kahyangan, ibunda Zhi Nu, mengetahui puterinya menikah dengan manusia bumi. Dia pun memaksa Zhi Nu untuk kembali ke kahyangan.
Sekian lama terpisah, rasa cinta di antara keduanya tak pudar sedikit pun. ”Karena melihat kesungguhan cinta puterinya pada Niulang, Dewi Kahyangan merasa iba. Beliau memberi kesempatan mereka untuk bertemu,” ujarnya.
Namun pertemuan itu hanya terjadi pada Qi Xie atau tanggal tujuh, bulan tujuh pada kalender Imlek. ”Mereka hanya bertemu sekali dalam setahun. Ada kaitannya juga dengan astrologi atau ilmu perbintangan,” ujar Purwohadi.
Zhi Nu melambangkan rasi bintang Altair, dan Niulang sebagai rasi bintang Vega. Di tengah keduanya terdapat bima sakti yang memisahkan. Namun saat Qi Xie, tampak peredaran bima sakti membentuk gambaran seperti jembatan yang menghubungkan Altair dan Vega. Tepat di atas bintang Deneb pada konstelasi rasi Cygnus.
Masyarakat Tionghoa menyebut fenomena kemunculan jembatan itu sebagai Jembatan Burung Gagak atau Que Qiao. Saat Festival Qi Xie, biasanya gadis-gadis muda pergi ke kuil untuk berdoa memohon berkah pada Dewi Zhi Nu. Biasanya untuk memohon kelancaran jodoh.
Festival Qi Xie kerap dirayakan oleh pasangan yang baru menikah. Mereka akan bersembahyang bersama untuk meminta berkah demi keharmonisan.
Usai ibadah Qi Xie di PDB Lotus, para umat menulis harapan atau keinginan mereka di atas kertas angpao. Sebelumnya didahului dengan menulis nama dan shio yang bersangkutan.
Masalah apa pun boleh diutarakan agar mendapat berkah serta memperoleh solusi. ”Namun yang utama adalah masalah rumah tangga atau perjodohan. Sebab Qi Xie adalah hari cinta kasih,” terang pria asli Surabaya itu.
Bagi yang ingin segera dapat jodoh, kesembuhan dari sakit, memohon kelancaran pekerjaan atau memiliki permasalahan rumah tangga, para umat membawa bunga mawar merah, melati, gading kuning dan putih yang diletakkan dalam takir, kemudian ditempatkan di altar.
Dengan peringatan Qi Xie dalam kalender Imlek pada tanggal 7 bulan 7, semoga kasih dan kesetiaan maka semua mahluk dapat berbahagia.
Usai ditulis, angpao diposisikan berada di atas toa kim, beserta kertas suci berbentuk persegi panjang. Terlebih dulu para umat berdoa di hadapan altar sambil mengangkat kertas-kertas tersebut.
”Semoga Dewi Kwan Im serta para Dewa-Dewi di tiga dunia memberkahi dan mengabulkan doa saya,” ucap salah seorang umat yang sedang berdoa sembari mengangkat kertas miliknya.
Kertas-kertas itu dibawa ke tungku pembakaran yang berada di halaman PDB Lotus. Api, dipercaya sebagai perantara doa manusia kepada Dewa-Dewi serta Para Buddha di surga.
Perayaan Qi Xie berakhir pada pukul sembilan malam. Setelahnya dilanjutkan dengan ramah tamah serta makan bersama. Cinta kasih dan kesetiaan yang merekatkan mereka. Sesuai dengan filosofi kisah Qi Xie, keabadian cinta antara Dewi Zhi Nu dengan Niulang. (*)