PEPATAH Tiongkok yang menjadi favorit Mayjen TNI (Purn.) dr. Daniel Tjen, Sp.S unik. Karena biasanya digunakan untuk melukiskan gerakan tubuh wanita. Bunyinya: 婀娜多姿 (ē nuó duō zī). Artinya: lentur dan meliuk-liuk anggun.
Mungkin itu untuk menggambarkan falsafah hidup Daniel: manusia harus luwes, tidak boleh kaku seperti kanebo kering.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Wakil Ketua DPW Partai Nasdem Jatim Vinsensius Awey: Xue Zhong Song Tan
Sebagai Tionghoa, Daniel sudah menerapkannya. Ia barangkali ingin membuktikan bahwa masyarakat Tionghoa tidaklah seperti yang disangkakan selama ini. Yang, sebagaimana dicatat Ruslan Abdulgani dalam artikel panjangnya, My Childhood World (1974), “were likened to women, who have no power themselves and are only fit for trade” (kayak wanita yang tidak memiliki kekuatan dan hanya cocok untuk berdagang).
Bayangkan, ketika banyak orang menganggap etnis Tionghoa tak lebihnya ”economic animal” yang cuma memikirkan cuan begitu, Daniel malah membuktikan sebaliknya. Ia menempuh jalan berbeda dari lima saudaranya yang jadi pebisnis: pada 1984 memilih mendaftar masuk ABRI selepas wisuda dari kuliah jurusan kedokteran di Jakarta.
Setahun kemudian, Daniel lulus sekolah calon perwira (secapa). Dan, tanpa dinyana, tugas pertamanya langsung diceburkan ke dalam operasi militer di Kodam IX/Udayana –tepatnya di Batalyon 745 yang bermarkas di Lospalos, Timor Timur (kini Timor Leste). Setelah dua setengah tahun di sini, ia masih dipindahtugaskan ke Dili.
Sebagai dokter militer di wilayah konflik, Daniel memang lebih banyak memainkan ”soft power” ketimbang mengokang senjata. Bukan hanya prajurit TNI dan keluarganya yang ia urusi kesehatannya, tetapi juga masyarakat pada umumnya. Inilah yang membuatnya diterima semua kalangan.
Karir dan pangkat kemiliteran Daniel terus meningkat sesudah penugasan tersebut. Ia menjalani tour on duty di mana-mana, termasuk di Kostrad, Kodam III/Siliwangi, dan Direktorat Kesehatan Mabes TNI-AD. Termutakhir, Daniel diangkat sebagai staf khusus menteri bidang tata kelola pemerintahan, Kementerian Kesehatan Indonesia. (*)