Arek Limo oleh Yoes, Anggi, Fathur, Rudy, dan Sentot (1); Berlima ’Meneror’ Sidoarjo

Senin 22-08-2022,07:32 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

Lewat The Lust Rider, Fathur memaknai tumbuhan pisang sebagai tanaman yang mudah tumbuh, serta akan mati setelah berbuah. Batang-batang pisang itu merupakan pijakan rapuh bagi seekor babi raksasa. Sekali salah langkah bisa terpeleset dan jatuh. ”Artinya, hidup ini seperti pisang. Mati setelah berbuah. Jadi buatlah dirimu berarti sebelum mati. Minimal berkarya sebanyak-banyaknya,” ungkap pria 48 tahun itu. 

Lewat karya-karyanya, Fathur berbicara tentang pengendalian diri. Seperti termuat dalam visual dirinya sedang mengendarai babi raksasa, simbol nafsu. 

Menurutnya, meski telah ada pedoman etika dan moral dalam masyarakat, bahkan tuntunan agama, tak menjamin kehidupan dapat harmonis. ”Keharmonisan dapat tercapai apabila manusia dapat mengendalikan diri serta memiliki pemahaman spiritual yang mumpuni,” ujar pria domisili Buduran, Sidoarjo itu.
Yoes Wibowo bersama seorang penikmat karyanya di depan lukisan berjudul Negeri Gaduh berukuran 1,5x5 meter.

Yoes yang memajang beberapa karya, dua di antaranya adalah serial lukisan berjudul Negeri Gaduh. Visual kanvas penuh objek dengan beragam simbol. Negeri Gaduh 1 dengan sosok pria berdasi yang tangan dan kakinya terlilit pita hijau. Sedangkan di bagian bawah terdapat tentakel gurita berwarna merah. 

Suasana kelam, mencekam terasa dalam lukisan tersebut. Figur-figur dengan ekspresi histeris serta beberapa mumi yang tangannya menjulur ke atas. Seperti mencoba menggapai objek berbentuk cinta dan dalam bulatan besar yang tak terjangkau. ”Hidup selalu diramaikan berbagai peristiwa. Kadang membuat takut, senang, kadang menjengkelkan. Serba gaduh. Sering kali peristiwa gaduh diviralkan melalui media sosial. Jadi gaduh pula negara ini,” ungkap suami novelis Wina Bojonegoro itu. (*)

Indeks: Diramaikan berbagai acara dan pertunjukan seni, baca selanjutnya…

Tags :
Kategori :

Terkait