Mengantuk merupakan proses alamiah dan lumrah terjadi pada setiap manusia. Ibarat lagu, rasa kantuk merupakan intro menuju tidur. Semua orang dapat mengenal dengan baik tanda-tandanya. Apa bahaya mengantuk?
Saat mengantuk, menguap mungkin bisa terjadi berkali-kali. Selanjutnya diikuti perasaan sulit/enggan untuk membuka kelopak mata. Bila tidak tertahankan lagi, kepala menjadi ”terasa berat” untuk ditegakkan.
Diikuti otot-otot seluruh tubuh yang mengalami relaksasi. Akhirnya keinginan untuk berebah dan berbaring. Namun pada saat mengemudikan kendaraan, kejadian tersebut bisa memicu persoalan yang bisa berakibat fatal.
Lain halnya dengan terjadinya microsleep. Ini merupakan suatu episode kantuk atau tidur yang datangnya tiba-tiba. Hanya berlangsung dalam waktu yang sangat singkat, beberapa detik.
Tapi dampaknya bisa sangat berbahaya. Karena individu tersebut gagal merespons dengan cepat situasi sekitarnya.
Mengantuk dan KKL
Musibah kecelakaan lalu lintas (KLL) yang menimpa ayah Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak hingga meninggal pada 20 Agustus 2022 dini hari tersebut diduga karena dalam kecepatan yang tinggi, sopir mengantuk dan menabrak bagian belakang sebuah truk yang berjalan searah di depannya.
Beberapa waktu yang lalu, KLL yang merenggut nyawa artis Vanessa Angel dan suaminya, mempunyai pola yang serupa. Kondisi pengemudi yang lelah dan mengantuk menjadi pemicunya.
Banyak pelajaran penting yang bisa dikaji pada peristiwa-peristiwa tersebut dari berbagai sudut pandang.
KLL di Indonesia merupakan masalah yang serius. Menurut suatu survei yang pernah dilakukan, korban kematian yang disebabkan KLL, menempati urutan ketiga tertinggi.
Peringkat pertama ditempati oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler). Tuberkulosis menempati posisi kedua. Jumlah kematian karena KLL diperkirakan mencapai 116 jiwa per harinya. Itu terjadi pada 2019.
Usia muda sekitar 20-24 tahun merupakan kontributor utama. Faktor human error atau kelalaian manusia, merupakan 61 persen kasus yang dituding sebagai penyebabnya. Faktor prasarana dan lingkungan, mengambil porsi 30 persen. Sisanya sekitar sembilan persen disebabkan faktor kendaraan.
Mengantuk saat mengemudikan kendaraan atau terjadinya microsleep merupakan kejadian yang pada akhirnya bisa mencetuskan KLL.
Banyak mekanisme fisiologi dalam tubuh manusia yang mengatur rasa kantuk. Irama sirkadian dan fluktuasi kadar hormon sangat berperan. Siklus ini berjalan secara reguler selama 24 jam dan berulang setiap harinya.
Selama aktivitas fisik yang diawali pada saat seseorang bangun tidur di pagi hari, akan diikuti kenaikan hormon stres. Tekanan darah juga meningkat secara signifikan.