SURABAYA, HARIAN DISWAY- Nasib bus kota yang melayani rute dalam kota tak jauh beda dengan lin. Bertahan dengan terseok-seok karena kurang penumpang. Lantaran, banyak penumpang yang beralih menggunakan jasa ojek online (ojol) dan Suroboyo Bus.
—------------------
TERMINAL Purabaya masih tampak sibuk. Terdengar suara mesin berdengung. Sahut-sahutan. Calon penumpang pun tampak hilir mudik.
Sementara itu, para kernet tengah menjalankan tugas. Saat bus tidak berjalan, kernet tersebut bertugas lain. Berjaga di titik tertentu sambil menoleh kanan kiri. Mereka mencari penumpang.
Seluruh pertanyaan yang mereka lontarkan ke calon penumpang selalu sama: ”Mau ke mana, Mbak?” ujar satu di antara mereka yang mendekati Harian Disway, Jumat, 2 September 2022. Atau sesekali merekalah yang menebak-nebak tujuan penumpang.
Dari koridor terminal tampak bus berwarna merah berjejer di antara bus yang lain. Desain bodi bus itu begitu khas dan tak berubah sejak puluhan tahun lalu. Terdapat gambar dan tulisan nama produk obat sakit perut pada bodi samping. Beberapa stiker yang melekat sudah mulai pudar.
Pria bertopi dengan tas pinggang mengarahkan penumpang yang menjadi targetnya. Yakni, Jembatan Merah Plaza (JMP)–Pasar Turi–Kupang–Joyoboyo–RSI Ahmad Yani–Royal–Polda. Tertulis begitu jelas dan besar di kaca bus itu.
Begitu pula dengan kode trayek bus tersebut: F. Huruf itu menempel di kaca depan bagian bawah kiri. Ada juga stiker bertagar: #bukanbusbagus di bagian bawahnya.
Tidak ada yang spesial dari kondisi bus. Meski tanpa AC, kondisi dalam bus cukup sejuk karena angin sepoi yang bersemilir melalui jendela yang dibuka lebar. Sesekali tersebul asap rokok dari salah seorang penumpang.
Kondisi tempat duduk masih cukup nyaman dan empuk. Namun, terlihat usang dimakan usia. Sampul tempat duduk itu pecah-pecah. Lantai bus mengelupas. Bahkan, di beberapa titik terlihat rangka besi dengan noda karat.
Selama masa tunggu, beberapa pedagang masuk bus. Mereka menawarkan barang dagangan. Tetap dengan gaya lama: meletakkan barang dagangan ke pangkuan penumpang satu per satu. Sambil menyebutkan keunggulan dagangannya. Sesaat kemudian, ia kembali mengambil barang-barang tersebut sembari berharap ada penumpang yang membeli.
Sesaat sebelum bus berjalan, kernet melompat dan berdiri di pintu bus. Bersandar di sisi pintu yang terbuka sambil terus memanggil calon penumpang. ”Ayo, Dupak, Joyoboyo,” ujar si kernet sambil tangannya melambaikan keluar.
Selama perjalanan pun, suara mesin bus terdengar bak back sound yang mengalun. Tepat pukul 08.57, bus mulai berjalan. Itu setelah menunggu sekitar satu jam untuk memenuhi penumpang. Hari itu mereka hanya dapat 13 penumpang.
Sepanjang perjalanan, bus tidak ngetem. Namun, hanya berhenti singkat ketika ada penumpang yang turun atau naik di tengah jalan. Selama perjalanan, penumpang hanya bertambah dua orang.
Kondisinya sudah jauh berbeda dengan sebelumnya. Dulu bus berhenti di beberapa titik, misalnya, di polda, RSI, atau Joyoboyo selama sekitar 10 menit. ”Sampai akhir tujuan jarang nambah penumpang,” kata Rudi Hartanto, sopir bus F14.
Bus Kota berhenti menunggu penumpang di Jembatan Merah Plaza (JMP) Jalan Rajawali Surabaya.-Julian Romadhon-