Lie Detector Tersangka Pembunuh Yosua dalam Teori

Kamis 08-09-2022,06:00 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Penguji yang berhadapan dengan orang yang diuji mengamati langsung reaksi wajah dan gestur orang yang diuji. Penguji juga membandingkan amatan mata itu dengan jarum yang bergerak di layar monitor 

Respons-respons verbal orang yang diuji kemudian dibandingkan dengan respons-respons fisiologis di layar monitor. Penguji sudah punya parameter standar untuk membandingkan.

Kagak pakai lama, hasil tes lie detector langsung keluar. Hasilnya hanya dua: bohong atau jujur.  

Dipaparkan di situ, dengan kerumitan tes, maka hanya personel intelijen militer terlatih dan tangguh yang bisa memanipulasi lie detector. Tidak sembarang orang bisa memanipulasi.

Dengan catatan, jika personel penguji ahli, punya kapabilitas sebagai penguji. Dan, jujur. Kalau pengujinya tidak jujur atau tidak kapabel, hasilnya bisa beraneka ragam.

Di situ juga dipaparkan cara memanipulasi hasil lie detector oleh orang yang diuji. Berarti, orang yang diuji adalah personel intelijen militer terlatih. Atau, orang yang sepanjang hidupnya sudah biasa berbohong.

Caranya disebutkan: Di tahap CQT, orang yang diuji menjawab jujur. Pertanyaan sepele-sepele itu dijawab: ”Ya”.

Tapi, harus memanipulasi perasaan dan pikiran seolah-olah tertekan. Membayangkan sesuatu yang menekan psikologis. Bisa dibantu dengan alat, misalnya, menyisipkan batu kerikil dalam sepatu. Lantas, sebelum menjawab pertanyaan, ia menekan kaki menginjak kerikil dalam sepatu. Menghasilkan perasaan tertekan.

Umumnya, orang yang diuji harus melepaskan sepatu. Juga, diperiksa seluruh tubuh, bersih dari peralatan semacam itu.

Jika begitu, ia bisa menggigit lidah. Sampai luka. Barulah kemudian menjawab. Maka, jawabannya dalam perasaan tertekan. Terpantau pada jarum monitor. Bergerak meloncat.

Tujuan manipulasi di tahap CQT adalah untuk tahap berikutnya, DLT. Juga pada tahap berikutnya lagi, GKT.

Gampangnya, pada pertanyaan sepele (dan dijawab jujur) orang yang diuji sudah merasa tertekan. Kemudian, ketika ia bohong pada pertanyaan tahap inti, juga merasa tertekan. 

Jarum di monitor menunjukkan gerak yang mirip (meloncat), antara jawaban jujur dan jawaban bohong. Dengan kata lain, loncatan jarum pada dua tahap pertanyaan mirip. 

Penguji bakal menyimpulkan, orang yang diuji memang punya lonjakan jarum segitu. Tertentu. Untuk jawaban jujur, maupun bohong. Di situlah lie detector termanipulasi.

Manipulator lie detector umumnya intelijen militer yang tangguh. Misalnya, berani menembak diri sendiri pada titik yang tidak mematikan. Digunakan sebagai alasan bahwa ia diserang musuh. Sebab, ia sudah biasa mengendalikan emosi dan perasaan. Termasuk rasa sakit.

Dari uraian USNews itu, lie detector sebagai alat masih digunakan di AS hingga kini. Tidak gampang dimanipulasi.

Kategori :