SURABAYA, HARIAN DISWAY - Gedung eks Hi-Tech mall memang sempat menjadi pusat perdagangan elektronik terbesar di Kota Surabaya. Namun, terpaksa ditutup pada 2018 silam karena kontrak pengelola dari pihak swasta tak diperpanjang.
Sejak saat itulah, eks Hi-Tech mall seperti mati suri. Nasib pedagang pun tak menentu. Lantas diambil alih langsung oleh Pemkot Surabaya. Sebanyak 200 pedagang pun masih bertahan membuka lapak mereka. Siang kemarin, tempat parkir sepeda motor terlihat penuh. Beberapa calon pembeli pun lalu-lalang keluar masuk. Gedung lawas yang besar itu masih tak dilengkapi fasilitas yang memadai.
Seluruh eskalator di gedung itu tak menyala. Setiap pengunjung terpaksa berjalan untuk sampai ke lantai dasar. Semua pedagang memang telah direlokasi ke lantai dasar. Sementara di lantai basement, 1, 2, 3 sudah lama dikosongkan. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sempat berjanji untuk menghidupkan kembali eks Hi-Tech mall itu. Rencananya, dengan mengaktifkan kembali gedung kesenian eks THR. Yakni untuk difungsikan kembali sebagai ruang publik.
Namun, Pemkot Surabaya tidak bisa sendiri. Tetap membutuhkan bantuan sejumlah pihak untuk membangun ulang Hi-Tech mall. “Kita perlu gandeng pihak ketiga agar pengelolaan keuangan di sana bisa berjalan baik. Sehingga biayanya juga bisa terpantau,” jelas Eri.
Ketua Paguyuban Pedagang eks Hi Tech mall Rudi Abdullah mengatakan, para pedagang masih menantikan rencana integrasi Hi-Tech mall dengan sektor kesenian dan kebudayaan itu. Jika terealisasi, ia optimistis harapan para pedagang pun akan terwujud. “Kita bisa bikin pameran teknologi, pameran akik, atau pelatihan-pelatihan. Bisa dilakukan di sini,” ungkap Rudi saat ditemui di lapaknya, Rabu, 28 September 2022. Juga tentu saja pagelaran seni di gedung belakang. Misalnya, ketoprak maupun srimulat.
Sayangnya, bekas gedung kesenian itu pun mangkrak. Masih banyak ditumbuhi tumbuhan liar. Belum ada tanda-tanda revitalisasi bangunan. Padahal, itu satu-satunya harapan untuk menarik pengunjung. “Saya yakin pemkot bisa mengelola tanpa mengandalkan swasta walau gak pernah mengelola mall. Tapi, ini waktunya pemkot membuktikan,” tandas Rudi.
Buktinya, jelas rudi, pedagang yang bertahan saat ini masih dicukupi kebutuhannya. Salah satunya yang paling membantu adalah tarif sewa. Yang dulu bisa sampai Rp 4 juta - Rp 5 juta, kini hanya Rp 2,5 juta. Itupun ada diskon khusus. Dan tanpa dikenai biaya service charge. (*)