Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Trauma Naik Kereta Api (37)

Jumat 30-09-2022,01:00 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Salman Muhiddin

Sumi Kasiyo dan kakak kandungnya, Suyatmi, makin jauh dari kampung halaman di Trenggalek. Jaringan mafia adopsi memindahkan mereka ke berbagai tempat penampungan anak di berbagai daerah. Belakangan mereka tahu dari dokumen adopsi bahwa salah satu tempat singgah itu adalah Jombang.

—-

SUMI Kasiyo menangis sekencang-kencangnya hari itu. Pun demikian dengan sang kakak: Suyatmi. Ibu mereka sempat datang menjemput. Namun, orang tak dikenal mendorong mereka masuk ke ruangan. Itu terjadi pada 1979.

Keributan di luar ruangan terdengar begitu nyaring. Sumi makin takut dan menangis sejadi-jadinya. Dia mengingat momen mengerikan yang terjadi saat usianya masih 6 tahun. 


Masa kecil Sumi Kasiyo dalam potret di dokumen adopsi pada 1979.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Suyatmi memeluk sang adik sambil ikut menangis. Kejadian itu masih membekas sampai sekarang. Tak mungkin hilang seumur hidup mereka.

Bingung, takut, sedih, dan nge - blank . Semua perasaan dua bocah itu bercampur aduk. Apalagi, rasa sedih setelah ditinggal mati sang ayah masih membekas.

Mereka hanya ingin pulang. Tempat baru itu terasa begitu asing. Sumi dan kakaknyi tak nyaman dengan wajah-wajah baru di sana. Mereka rindu dengan kakak dan ibu di Ngruno, Trenggalek. 

” I don’t want to be there (Aku tak mau berada di sana, Red),” ujar Sumi dalam video call , Kamis, 18 September 2022. Dia sudah berada di Eindhoven, Belanda, seusai pulang kampung ke Trenggalek bersama kekasihnya, Tim van Wijk. 


Wawancara dengan Sumi Kasiyo melalui video call. Dia sudah berada di Eindhoven Belanda.-Salman Muhiddin/Harian Disway-

Sumi menangis ketika mengingat-ingat kisah itu lagi. Katanyi, sangat sulit untuk menceritakan kisah kelam tersebut. Dia begitu trauma dengan masa lalu. Termasuk trauma dengan kereta api.

Sumi berpindah-pindah ke tempat penampungan anak. Seingat Sumi, mereka pindah sampai empat kali. Salah satunya di Jombang. 

Untuk kali pertama mereka naik kereta. Dari Jawa Timur ke arah barat. Sumi yang masih kecil tak tahu di stasiun mana mereka berangkat dan stasiun mana yang dituju. ” It might be Jombang (Mungkin di Jombang, Red),” ujar perempuan yang berprofesi fotografer itu.

Sumi dan Suyatmi berangkat dengan Jeanne Tumewu yang mendirikan Yayasan Kasih Bunda. Yayasan itu menampung banyak anak yang akan diadopsi ke Belanda. Bud Wichers, fotografer Disway di perang Rusia-Ukraina, juga dari yayasan itu.

Sumi dan sang kakak diminta tetap tenang dan berbaring di kereta. Mereka nurut saja meski perasaan sangat gelisah. 

Suatu saat Sumi bertemu dengan anak adopsi yang sempat mampir di yayasan itu. Dia ternyata juga diminta berbaring di kereta dan tetap tenang. ” I have a story from an adopted woman from Indonesia. She said, I have to do that too (Aku mendapat cerita dari salah satu perempuan Indonesia yang juga diadopsi. Dia bilang, aku juga diminta begitu, Red),” ujarnya.

Sejak saat itu Sumi selalu takut naik kereta. Ia masih ingat baunya. Juga, bunyi roda yang beradu dengan rel baja.

Baru-baru ini saja dia memberanikan diri naik kereta. Ketika pulang kampung ke Trenggalek Juli lalu, dia naik dari Jakarta ke Semarang. Sekarang perlahan trauma naik kereta hilang. 

Di tempat penitipan anak, Sumi dan Suyatmi tak pernah berpisah. Ke mana-mana selalu berdua. Mereka trauma dipisahkan lagi. Sang kakak adalah satu-satunya pelindung.


Suyatmi dan Sumi yang sama-sama pecinta anjing.-Sumi Kasiyo for Harian Disway-

Keduanya tak banyak bersosialisasi dengan anak lain. Mereka menyendiri dan takut bertemu orang asing. 

Sepertinya ada banyak anak adopsi yang juga dibawa ke Belanda di sana. Maklum, menjelang 1980, kasus adopsi lagi gencar-gencarnya. 

Permintaan anak adopsi dari Belanda begitu besar. Permintaan juga menyebar dari berbagai negara Eropa lain.

Makanya, Yayasan Kasih Bunda sampai membuka cabang: Kasih Bunda Swiss berdiri pada 1983. Menyusul pada tahun 1985 Kasih Bunda Jerman dan Kasih Bunda Prancis terbentuk. (Salman Muhiddin)

Seharian Menangis Begitu Menginjak Belanda. BACA BESOK!

Kategori :