Secara on the spot juga, ada pada Kya-Kya. Ia mengerjakannya ketika kawasan tersebut belum diresmikan sebagai pusat keramaian dengan kekhasan budaya Tionghoa di Surabaya.
Tampak gerbang berarsitektur Tionghoa dengan dua naga berada di atas yang khas. Beberapa gedung tinggi serta lalu-lalang becak dan kendaraan bermotor. Dua figur di sisi kanan lukisan, menjadi aksen pemanis komposisinya.
Dua lukisan Akhmad Ramadhan yang berjudul Menatap Harapan (kiri) dan Perahu-Perahu Bersandar.--
Karya lansekap bermedia cat air juga dibuat perupa Akhmad Ramadhan. Jika Sigit berkutat pada suasana kota lama Surabaya, Akhmad menampilkan suasana pesisir pantai. Perahu-perahu dengan sapuan kuas yang bergaya impresif justru menguatkan sisi realis dari konstruksi kayunya. Ombak laut yang tenang dicitrakan dengan paduan pilihan warna yang berani.
Dari cokelat, sedikit hijau serta biru dan putih. Lukisan itu berjudul Perahu-Perahu Bersandar. Seperti mengilhami lagu Ibu karya Iwan Fals. Cerita tentang sosok ibu yang menempuh jarak ribuan kilo. Bekerja demi menghidupi anak-anaknya. Memanggul keranjang dengan beban yang berat, serta boneka beruang terbungkus plastik. Masih baru. Hadiah untuk putera tercinta.
Tubuhnya membungkuk karena beban wadah bambu itu. Sedangkan di belakang tampak bayang tangan kecil balita yang berselimutkan kain batik dicitrakan dalam warna hitam-putih. Itulah yang tampak dalam lukisan karya Andaru. Lukisan berjudul sama dengan lagu Iwan Fals: Ibu. Berukuran 56x76 cm.
Dua lukisan karya Andaru Prijoko. Satu lukisan erjudul sama dengan lagu Iwan Fals: Ibu. Berukuran 56x76 cm. Lukisan lainnya berjudul Mampir Ngombe.--
Satu lukisannya yang lain berjudul Mampir Ngombe. Ia mengurai peribahasa urip mung mampir ngombe atau hidup hanyalah sementara saking cepatnya hanya untuk minum. Andaru dengan cermat menuangkan visual kegiatan seorang figur berpakaian lurik Jawa yang sedang memegang gelas.
Di sekitarnya terdapat beberapa aktivitas orang sedang bekerja. Sedangkan di bagian tengah, terdapat tanaman yang tumbuh subur di atas tanah gersang. ”Hidup cuma sekali. Jadi kita harus bermanfaat. Minimal jadi terang bagi kehidupan sekitar,” ujarnya.
Sherly Ozora tetap menarik dengan karya-karya cenderung minimalis. Cirinya, tak begitu memenuhi keseluruhan bidang dengan warna.--
Sementara Sherly tetap menarik dengan karya-karya cenderung minimalis. Cirinya tampak dari gaya yang disengaja tak begitu memenuhi keseluruhan bidang dengan warna.
Dia cenderung menonjolkan figur dengan tambahan efek tiga dimensi. Seperti Mulutmu Harimaumu #1 an Mulutmu Harimaumu #2. Menggambarkan figur perempuan dengan topeng harimau yang menyembul. Sederhana namun artistik. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas Nugraha)
Tirto Wening, salah satu penanda bangkitnya gairah seni rupa di Jatim, baca selanjutnya...