SURABAYA, HARIAN DISWAY- KENAIKAN inflasi di Jawa Timur pada September 2022 memang terlihat sangat tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat kenaikannya 6,80 persen jika dibandingkan dengan bulan yang sama pada 2021 (year-on-year atau YoY).
Kepala BPS Jatim Dadang Hardiawan mengatakan, kenaikan inflasi di provinsi itu lebih tinggi ketimbang angka nasional yang hanya mengalami inflasi 1,17 persen. Banyak penyebab kenaikan inflasi pada September 2022.
Salah satunya adalah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi awal September lalu. Akhirnya, transportasi umum pun menjadi komoditas penyumbang inflasi di bulan tersebut. Bahkan, sebelum kenaikan BBM, kenaikan tarif transportasi online menjadi pemicu.
”Selain BBM, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada September 2022 adalah beras, rokok keretek filter, angkutan umum antarkota, bakso siap santap, angkutan umum online, ayam goreng, dan sabun mandi,” ujar Dadang, Jumat, 7 September 2022.
Untuk angka inflasi yang terjadi di Jatim, BPS hanya berpatokan pada delapan daerah di provinsi tersebut. Dari daerah itu, kenaikan inflasi tertinggi terjadi di Surabaya. Yakni, 1,52 persen. Bulan itu hanya kelompok bahan makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi.
”Bersyukur komoditas itu mengalami penurunan (deflasi). Bayangkan saja kalau mereka mengalami kenaikan. Seberapa besar inflasi yang terjadi di Jatim? Tidak hanya 1,17 persen. Pasti akan terbang jauh angka inflasi bulan ini,” tegasnya.
Berdasar data Bank Indonesia (BI), inflasi indeks harga konsumen (IHK) Jatim pada triwulan II 2022 tercatat 4,92 persen (YoY). Angka itu juga mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan I 2022, yakni 3,04 persen (YoY).
Bahkan, BI pun memprediksi di triwulan III (Juli–September), inflasi di provinsi itu akan lebih tinggi daripada realisasi triwulan sebelumnya. Di periode itu, inflasi berpotensi berada di atas sasaran, yaitu 3,0 persen ± 1 persen (YoY).
Peningkatan inflasi diperkirakan terjadi terutama pada harga komoditas yang diatur oleh pemerintah. Di antaranya, tarif listrik rumah tangga nonsubsidi, LPG nonsubsidi, dan BBM subsidi dan nonsubsidi yang sejalan dengan kenaikan harga global.
Program pasar murah yang dicanangkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa juga memiliki andil besar dalam menjaga inflasi. Sebab, harga yang dijual di sana sangatlah murah. Itu meningkatkan daya beli masyarakat. Semua harga terjangkau.
”Itu juga fungsi dari tim pengendali inflasi daerah. Bu Gubernur juga kan sering melakukan operasi pasar dan terus memantau lumbung pangan. Itu kan bagian dari strategi supaya semua harga terjangkau. Program pasar murah itu sangat efektif,” ungkapnya.
Namun, di sisi lain, pertumbuhan ekonomi di Jatim pada triwulan II 2022 mengalami pertumbuhan 5,74 persen (YoY). Meningkat dari triwulan I 2022 sebesar 5,24 persen (YoY). Lagi-lagi angka itu lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya 5,44 persen.
”Ini menunjukkan bahwa ekonomi Jatim juga sudah bangkit. Jika dibandingkan triwulan II 2020, Jatim sebenarnya mengalami kontraksi (penurunan) 5,86 persen. Ekonomi nasional sama. Mengalami kontraksi,” sebutnya.
Faktor tingginya pertumbuhan ekonomi itu disebabkan tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga (RT). Juga, investasi dan net ekspor antardaerah. Termasuk industri.
Secara umum, ia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi terjadi karena pelonggaran kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Itu memperbaiki aktivitas ekonomi masyarakat dan aktivitas sektor ekonomi produktif di Jatim.