SEOUL, HARIAN DISWAY - Banyak sekolah di Korea Selatan yang lokasinya terlalu dekat dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Para siswa pun terancam. Lebih-lebih, tidak semua sekolah siap dengan alat pelindung radiasi.
Lebih dari 388 ribu siswa di 1.112 fasilitas pendidikan di Korsel terdampak. Sekolah mereka masuk Urgent Protective Action Planning Zones (UPZ) karena terlalu dekat dengan PLTN. Tetapi, sekolah tak bisa berbuat apa-apa. Mereka tidak bisa pindah. Ongkosnya akan terlalu besar.
“Jarak aman dari radiasi seharusnya lebih dari 30 kilometer dari pusat pembangkit listrik,” tulis Badan International Atomic Energy Agency (IAEA).
Berdasar data, di Busan ada 692 sekolah. Yang lain ada di Ulsan (239 sekolah), Provinsi Gangwon (10 sekolah), Provinsi Jeolla Utara (54 sekolah), Provinsi Jeolla Selatan (45 sekolah), Provinsi Gyeongsang Utara (47 sekolah), dan Provinsi Gyeongsang Selatan (25 sekolah).
Seluruhnya masuk ke dalam UPZ. Karena itu, harus segera ada perlindungan bagi para siswa dan tenaga pengajar.
Faktanya, dari 6.744 siswa di sekolah-sekolah itu hanya 1,7 persen yang sudah terlindungi.
Jika UPZ sudah dianggap sangat darurat. Ada yang lebih darurat dari UPZ. Yaitu PAZ (Precautionary Action Zones). Jarak jangkauan PAZ lebih dekat lagi jika dibanding dengan UPZ. Yakni, 3 sampai 5 kilometer.
Sejatinya, penghuni yang ada di lingkup PAZ harus segera mengungsi. Mereka harus menjauhi sumber pembangkit listrik. Itu untuk mengantisipasi jika ada kebocoran radioaktif di pembangkit.
Kurang meratanya alat pelindung jadi masalah utama di Korea Selatan. Sampai saat ini, hanya 33 sekolah yang sudah mendapat alat bantuan lengkap dari pemerintah.
Sisanya ada yang mengadakan iuran. Anggaran sekolah pun ikut terpakai demi keselamatan siswa. Kim Young-ho dari partai oposisi Democratic Party of Korea (DPK) mengatakan, “Selain bencana alam karena krisis iklim, paparan radiasi juga turut mengancam keselamatan jiwa.”
Kim mendesak kementerian pendidikan untuk bekerja sama dengan Nuclear Safety and Security Commission (NSSC). Mereka diminta bekerja sama untuk menjaga keselamatan para penerus bangsa. Agar bisa fokus belajar dan tidak merisaukan radiasi yang berpotensi memapar mereka.
Selain itu, mereka juga diminta membuat pedoman baru mengenai alat pelindung jenis apa yang aman dan sesuai dengan IAEA untuk digunakan di fasilitas pendidikan. (*)