SURABAYA, HARIAN DISWAY- EKSPOR nonmigas menjadi penyebab utama turunnya angka ekspor Jatim di September 2022 jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya (month-to-month/MtM). Yakni, sebesar 5,44 persen. Dari USD 2,02 miliar di Agustus menjadi USD 1,91 miliar.
Padahal, dari sektor migas, ekspor di periode itu mengalami kenaikan 31,46 persen. Yaitu, dari USD 103,79 juta menjadi USD 136,44 juta. Secara keseluruhan, penurunan ekspor di September adalah 3,63 persen (MtM). Dari USD 2,12 miliar menjadi USD 2,04 miliar.
Jika diperinci, komoditas industri pengolahan menjadi biang kerok anjloknya angka ekspor di bulan tersebut. Yakni, mengalami penurunan 6,06 persen (MtM). Bahkan, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya di bulan yang sama, hanya mengalami kenaikan sebesar 0,38 persen.
”Kontribusi nonmigas terhadap ekspor di Jatim kan mencapai 93,32 persen. Jadi, jika komoditas itu mengalami penurunan, akan berdampak pada angka ekspor keseluruhan,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Dadang Hardiwan, Senin, 17 Oktober 2022.
Namun, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year-on-year/YoY), ekspor Jatim September 2022 ini naik 2,85 persen, dari USD 1,99 miliar. ”Jika dibandingkan tiga tahun terakhir, angka ekspor migas dan nonmigas 2022 membaik,” ungkapnya.
Tiongkok menjadi negara utama tujuan ekspor nonmigas Jatim pada September 2022. Ekspor ke negara tersebut mencapai USD 304,50 juta. Lalu, tujuan ekspor terbesar kedua adalah Jepang dengan nominal USD 297,71 juta dan Amerika Serikat USD 294,37 juta.
”Minyak petroleum mentah merupakan komoditas ekspor terbesar di bulan September 2022, yakni USD 125,69 juta. Lalu, ada komoditas sisa dan skrap dari logam mulia lainnya. Dengan nilai USD 103,16 juta,” ungkapnya.
Kondisi serupa dialami oleh impor di Jatim selama September 2022 jika dibandingkan bulan sebelumnya. Impor nonmigas mengalami penurunan 14,77 persen (MtM). Dari USD 2,34 miliar menjadi USD 2,00 miliar. Impor migas mengalami pertumbuhan 2,22 persen.
Secara keseluruhan, dibandingkan bulan sebelumnya, penurunan impor Jatim pada September 2022 sebesar 10,43 persen. Kenaikan impor sektor migas jika dibandingkan September 2021 mengalami kenaikan ekstrem. Sebesar 112,69 persen.
Dari USD 0,39 miliar menjadi USD 0,82 miliar (YoY). Sementara itu, impor nonmigas hanya mengalami kenaikan tipis. Sebesar 13,46 persen. Dari USD 1,76 miliar menjadi USD 2,00 miliar (YoY). Kondisi itu membuat impor di Jatim mengalami kenaikan 31,31 persen (YoY).
Sama halnya dengan ekspor, negara asal impor nonmigas terbesar berasal dari Tiongkok. Negara tersebut memiliki peran 31,08 persen atau sebesar USD 620,51 juta. Disusul Amerika Serikat sebesar 9,99 persen dan Australia dengan kontribusi 5,45 persen.
”Ini masih data sementara. Ada triwulan keempat. Akan berpotensi mengalami pertumbuhan sektor ekspor dan impor di Jatim. Kita doakan saja mengalami nilai yang positif,” ungkapnya. (*)