Menghadapi narkoba memang harus keras dan tegas. Di sejumlah kampung di Surabaya, bisnis narkoba itu dijalankan satu keluarga. Saya tahu keluarga tersebut. Bapak, ibu, anak, dan paman kompak berbisnis yang sama.
Si bapak sudah meninggal di penjara karena menjalani hukuman. Si anak juga pernah mendekam di tahanan. Kini si paman yang masih mendekam di tahanan. Ketiganya berurusan dengan hukum karena penyalahgunaan narkoba. Jenisnya juga sama, sabu-sabu. Keluarga seperti itu bukan hanya satu.
Sebenarnya, sistem pengawasan kita sudah sempurna. Ada bhabinkamtibmas (dari kepolisian) dan babinsa (dari TNI-AD) di setiap kelurahan. Seharusnya merekalah yang menjadi perpanjangan tangan instansi untuk pencegahan pelanggaran hukum. Mulai tindak pidana hingga penyalahgunaan narkoba.
Tapi, nyatanya, kampung-kampung narkoba masih ada. Beberapa kali hanya berpindah. Tidak pernah serius untuk dibubarkan atau digelar operasi (sangat) besar-besaran. Setingkat polrestabes memang pernah menggelar operasi di sana (kampung narkoba). Hasilnya tidak seberapa besar, tapi mengalami kerugian yang lumayan. Beberapa mobil milik anggota rusak parah.
Kini, kalau benar Toni ingin mengembalikan citra, langkah itu rasanya cukup tepat. Toh, modal awal informasi sudah ada. Kekuatan personel tinggal koordinasi. Kalau diperlukan, ajak seluruh matra TNI yang ada.
Termasuk polisi-polisi militer mereka. Hanya untuk mengantisipasi bila ada oknum kesatuan mereka yang terlibat jaringan narkoba. Bukan tidak mungkin, ada oknum-oknum mereka yang bermain. Oknum selalu ada dalam organisasi yang besar.
Dan, andai tindakan tegas dan keras terhadap kantong-kantong narkoba di Jawa Timur membuat gerah pimpinan atas, Toni tidak perlu khawatir. Masa pengabdiannya tinggal satu tahun. Tidak mungkin bisa langsung dipecat karena proses pemecatan juga tidak gampang dan cepat.
Tapi, yakinkan, tidak akan ada pimpinan yang terusik bila memberantas narkoba sampai ke akar-akarnya. Tidak akan ada pimpinan yang gerah bila menggelar operasi (sangat) besar-besaran memberantas narkoba. Bukankah narkoba musuh bersama kita?
Namun, andai ada yang gerah dan terusik, tetap tenang. Anggap saja seperti permintaan terpidana mati. Permintaan terakhir yang harus dituruti. Toh, rakyat Indonesia akan mengenang perbuatan itu. (*)