Tim van Wijk ingin foto bareng Sumi Kasiyo pakai kostum pengantin adat Jawa. Keinginan itu terwujud saat pulang kampung tahun ini. Sumi dari Trenggalek dan Tim dari Semarang. Kostum yang mereka pakai ada di tengah-tengah: pengantin tradisional Solo.
— Pigura di dinding rumah Pandi, saudara Sumi di Tasikmadu, Trenggalek, menyita perhatian Tim van Wijk. Sumi sedang memakai kostum tradisional Jawa tanpa pasangan. Foto itu diambil saat Sumi pulang kampung beberapa tahun sebelumnya. Sumi memang menyukai segala sesuatu tentang kesenian Jawa dan semua tradisi lokal Indonesia. Jiwa seninya sudah dipupuk sejak hari pertama diadopsi. Dia suka melukis dan kuliah di ArtEZ University of the Arts Belanda. Sumi juga suka batik dan segala sesuatu terkait adat Jawa. Makanya, saat pulang kampung ke Trenggalek, dia melakukan sesi foto dengan kostum pengantin putri itu. Dia memakai kostum dengan pakem jangkep alias lengkap. Di kepalanya terpasang cunduk mentul . Itu adalah atribut perhiasan berbentuk bulat yang menjulang ke atas. Saat kepala digerakkan, perhiasan itu memantul-mantul. Makanya, dinamakan mentul .Foto Sumi yang terpasang di dinding rumah keluarganyi di Trenggalek.-Sumi Kasiyo for Harian Disway- Cunduk mentul biasanya berjumlah ganjil. Tiga sampai sembilan buah. Sumi pakai yang lima canduk . Angka lima itu paling sering digunakan. Maknanya, lima simbol rukun Islam. Jika berjumlah tujuh, maknanya adalah pertolongan. Sebab, tujuh dalam bahasa Jawa disebut pitu yang kemudian dimaknai sebagai pitulungan atau pertolongan. Sedangkan yang berjumlah sembilan merupakan simbol dari Wali Sanga atau Wali Sembilan yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Dia juga memakai paes prada berwarna hitam di bagian kening. Bentuknya melengkung dengan bagian ujung yang meruncing. Lengkungan paling tengah dibuat lebih besar daripada yang lain. Nah, lengkungan paling besar itu menyimbolkan kebesaran Tuhan. Sedangkan lengkungan yang kecil disebut pengapit. Maknanya, seorang istri harus siap menjadi penyeimbang dalam rumah tangga. Sumi memakai batik kuning dengan aksen oranye, putih, dan hitam. Alisnya dibentuk seperti tanduk rusa. Orang Jawa menyebutnya alis menjangan. Rusa disimbolkan sebagai cerdik, cerdas, dan anggun. Artinya, perempuan harus memiliki tiga karakter tersebut. Sangat filosofis baju pengantin Jawa itu. Tim melihat Sumi bagaikan ratu atau putri Jawa yang begitu anggun. Sayang sekali, di foto itu tak ada pengantin pria. Rudiyanto, nama lahir Tim, ingin sesi foto pengantin tersebut diulang. Ia siap jadi pasangannyi. Sumi senang sekali dengan ide itu. Setelah tanya-tanya ke sana kemari, ternyata ada yang kenal dengan perias manten di daerah itu. Mereka langsung pergi dan meminta segera dirias.
Sumi Kasiyo dan Tim van Wijk dalam sesi foto prewedding baju pengantin adat solo. -Sumi Kasiyo for Harian Disway- Tentu tukang riasnya kaget. Biasanya pengantin selalu membuat janji jauh-jauh hari. Namun, pasangan yang satu ini minta langsung dirias. Mereka tak punya banyak waktu karena harus pulang ke Belanda. Rupanya Tim dan Sumi memilih kostum Solo yang elegan. Warna kostumnya dominan hitam dan emas. Kali ini Sumi pakai tujuh cunduk mentul . Sesi foto dilakukan di salah satu jembatan yang begitu indah. Di bagian gerbangnya terdapat tanaman rambat yang jadi poni gapura. Sumi terlihat lebih ceria ketimbang foto sebelumnya. Maklum, sudah ada pasangannya. Pose yang dilakukan bisa lebih beragam. Yang paling favorit adalah pose ciuman sambil memejamkan mata. Romantis sekali. Saat foto-foto itu diposting di medsos Sumi, banyak yang kaget sekaligus gembira. ” Wow you’re so beautiful. Are you getting married or not? (Wow, kamu begitu cantik. Kamu menikah atau belum? Red),” tanya beberapa temannyi. Pasangan kekasih yang menjalin cinta selama tiga tahun itu tertawa membaca komentar-komentar dari berbagai kolega. Ya, didoakan saja agar Sumi dan Tim resmi sebagai suami istri. (Salman Muhiddin)
Rencana Membukukan Kisah Adopsi. BACA EDISI SENIN!