Mother Instinct di Pencapresan PDIP

Kamis 27-10-2022,06:00 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

George Washington memimpin Angkatan Darat Kontinental menuju kemerdekaan AS, sampai akhirnya dipilih sebagai presiden pertama AS pada 1789. Dijadwalkan, ia akan dilantik pada April 1789.

Beberapa hari sebelum dilantik, George mengunjungi ibunya di Fredericksburg. Sebab, ada kabar sang ibunda sakit. Setelah jumpa ibunda, George tahu, sakit ibunda berat: Kanker payudara.

Tha Washington Post mengutip tulisan tangan karya tiga orang: George Washington Parke Custis, Mary Randolph Custis Lee, Benson John  Lossing, bertajuk Recollections and private memoirs of Washington (1860). 

Seketika itulah George Washington mengatakan ke ibunda, bahwa ia tidak akan menghadiri pelantikan sebagai presiden AS, dan akan menunggui sang ibunda di desa tersebut.

Lalu, sang ibunda Mary Ball Washington menjawab kepada George dan ini sangat terkenal di AS.

”Pergilah, anakku George... Penuhi takdir tinggi, yang tampaknya dimaksudkan surga bagimu. Pergilah... anakku. Semoga surga dan berkat ibu menyertaimu selalu.”

Akhirnya, George pergi meninggalkan ibunya. Ia dilantik sebagai presiden AS pertama. Empat bulan kemudian, 25 Agustus 1789, Mary meninggal, kanker payudara.

Kalimat Mary menginspirasi warga AS sejak itu hingga kini. 

Merujuk buku A Theory of Human Motivation karya Abraham Maslow, Mary Ball Washington memenuhi syarat nomor empat dan lima. Bahwa, apa pun yang terjadi, George harus meraih takdir tinggi.

Terus, mengapa pencetus Dewan Kolonel pembela Puan disanksi PDIP?

Simaklah kalimat Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang sepertinya kalimat Megawati Soekarnoputri, ”Jangan grusa-grusu.” 

Itu bahasa Jawa, artinya jangan terburu-buru. Tenang saja. Nanti juga Anda akan tahu sendiri. (*)

 

Kategori :