HARIAN DISWAY - Niwano Peace Foundation (NPF) sebuah organisasi di Jepang yang berfokus pada perdamaian dunia memberikan penghargaan internasional The Niwano Peace Prize Visionary Award (NPPVA) kepada kepada Alissa Qatrunnada Abdurrahman Wahid atau Alissa Wahid. Putri sulung Gus Dur itu menerima penghargaan dalam kapasitasnya sebagai direktur jaringan Gusdurian.
Dalam rilisnya, NPF menilai Alissa telah berkiprah dan berprestasi memperjuangkan masyarakat yang damai dan harmonis, serta memiliki potensi lebih besar di masa depan. Selain Alissa, dua tokoh Asia lainnya yang terpilih adalah ada tiga tokoh yang mendapat NPPVA yang pertama kali ini, yaitu Ruki Fernando, aktivis Hak Asasi Manusia dari Sri Lanka dan Jennifer Liang, co-founder The Action Northesz Trust (The Ant), India.
"Ini adalah penghargaan kami yang pertama dalam format The Niwano Peace Prize Visionary Award, sebelumnya sejak tahun 1983 kami berikan dalam format Niwano Peace Prize," tulis Hiroshi Niwano, ketua NPF.
Alissa Wahid mendirikan Jaringan Gusdurian untuk melanjutkan perjuangan ayahnya dalam menyebarkan Islam moderat dan Islam yang toleran di Indonesia. NPF menilai Alissa berhasil mewujudkan kemanusiaan Islam dalam aktivisme sosialnya dan mengembangkannya menjadi gerakan nasional dengan membela hak-hak minoritas yang menjadi sasaran persekusi dan penindasan oleh kelompok ekstremis.
Niwano juga menyoroti aktivitas Alissa dalam mendampingi petani yang tanah dan lingkungan hidupnya dirampas dan dirusak oleh korporasi. Sejak beberapa tahun terakhir, Alissa Wahid menjadi salah satu tokoh yang begitu vokal menyuarakan penolakan terhadap perusakan lingkungan. "Ia mendampingi warga Kendeng, mengadvokasi kriminalisasi aktivis lingkungan di Kendal, membela Salim Kancil, serta membersamai warga Kulonprogo dan Wadas yang mengalami konflik agraria dan perampasan ruang hidup," ungkap Hiroshi
Alissa Wahid secara khusus mendedikasikan penghargaan ini kepada para penggerak Jaringan Gusdurian. Ia menyebut bahwa tanpa kerja-kerja kemanusiaan yang telah dilakukan selama ini, mustahil apresiasi internasional diraihnya. “Penghargaan ini merupakan hasil dari kerja keras semua pihak yang terlibat dalam kerja-kerja Gusdurian,” ujar Alissa.
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009. Pada 2010, keluarga bersama para sahabat dan murid-murid Gus Dur mendirikan Jaringan Gusdurian, di bawah Yayasan Bani Abdurrahman Wahid (YBAW). Dalam 12 tahun usianya, Jaringan Gusdurian telah melakukan kerja-kerja kemanusiaan secara suka rela dengan bertumpu pada sembilan Nilai Dasar Perjuangan Gus Dur.
Pada 2019 dibentuk Gusdurian Peduli yang fokus menangani mitigasi bencana. Kini Jaringan Gusdurian telah memiliki 155 komunitas di seluruh Indonesia, termasuk 3 komunitas di luar negeri, yakni Malaysia, Iran, dan London. “Penghargaan Ini adalah hadiah setelah gelaran Temu Nasional di Surabaya pertengahan Oktober lalu,” kata Alissa (*)