SURABAYA, HARIAN DISWAY - Much Khoiri hadir dengan buku terbarunya berjudul Kitab Kehidupan. Karya yang melengkapi produktivitasnya sebagai penulis yang telah meluncurkan 70 buku sejak 2011.
Mengikat makna dari fenomena dan pengalaman manusia. Buku Kitab Kehidupan: Minum Kopimu, Baca Dirimu, Temukan Fitrahmu dan Hayati Hidup Baru, pada hakikatnya merupakan bendel dari ikatan-ikatan yang telah dibuat sebelumnya.
Much Khoiri, penulis, pernah menulis sebagian artikel dalam buku tersebut dalam beberapa surat kabar, termasuk blog-blog yang ia kelola. ”Sebanyak tiga puluh sembilan artikel dalam buku saya, memaknai berbagai peristiwa. Mulai dari fenomena sosial budaya, pengalaman beserta berbagai refleksi yang menyertainya," ujarnya.
Artikel-artikel tersebut dibagi menjadi tiga bab. Bagian pertama, berjudul Menghayati Ilmu dengan Amal. Dalam bagian tersebut, Khoiri mengajak pembaca untuk menelusuri jejak penghayatan ilmu dengan amal, dalam dua belas artikel.
Judul tiap-tiap artikel pun menggugah daya perenungan pembaca. Seperti Tidak Perlu Iklas Sekarang, Mampu Berkurban Setiap Hari, Cipta Rumah ala Madrasah, Santri Maya dan sebagainya.
Buku Much Khoiri yang berjudul Kitab Kehidupan.--
Bab kedua, berjudul Belajar Memetik Hikmah. Terdiri dari tiga belas artikel yang berkisah tentang rangkaian peristiwa yang dimaknai sebagai hikmah. Ada pula ungkapan-ungkapan tak lazim, terkait caranya mendapat hikmah dalam sebuah peristiwa.
Seperti artikel berjudul Hikmah di Balik Bahagia. Umumya, orang menuai hikmah di balik duka atau bencana. Kali ini Khoiri menulis hikmah di balik bahagia. Bagaimana konkretnya?
”Kebahagiaan kadang membawa manusia pada lupa. Lupa bersyukur. Terlalu terlena, sehingga tak memahami bahwa kebahagiaan yang didapatkan, sejatinya adalah titipan,” ujar dosen Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya itu.
Ada pula artikel berjudul Nikmatnya Sakit. Bagi Khoiri, seseorang yang sedang sakit, sejatinya adalah anugerah. ”Berarti mekanisme tubuhnya bekerja. Mampu merespons virus yang datang pada tubuh. Setelah itu tinggal berikhtiar, berusaha agar sembuh. Intinya, semua hal itu harus disyukuri,” ungkapnya.
Sedangkan bagian ketiga berjudul Jalan Menuju Cahaya. Ketiga bagian tersebut saling berkesinambungan atau terhubung satu sama lain.
Di Depok, Sleman, Much Khoiri (tengah) bersama Mukminin (penerbit Kamila Press) dan Sri Sugiastuti (penulis, editor) memberi workshop menulis untuk awak media di Balai Besar Guru Penggerak.--
Jika di bagian pertama pembaca diajak menghayati, kemudian pada bagian kedua diajak mengambil hikmah, maka pada bagian ketiga, pembaca diajak untuk menguatkan diri dengan hikmah yang telah diambil, lantas bagaimana orang tersebut mendapatkan cahaya pencerahan, atau kesadaran diri.
Pada bagian tersebut, terdapat empat belas judul artikel yang cenderung berkisah tentang pencapaian, baik spiritual maupun pemaknaan tentang kehidupan. Seperti Dunia Sementara, Akhirat Selamanya, Menengok Kalbu, Titik Balik menuju Cahaya, Nasihat Kematian dan semacamnya. ”Semuanya kita jadikan sebagai sarana perenungan untuk menuju cahaya,” ujarnya.
Diksi kopi sebagai bagian dari judul buku, disematkan Khoiri untuk memaknai diri manusia. ”Kopi seperti cara kita untuk memahami hidup. Ada rasa pahit, sekaligus manis. Begitulah kehidupan. Ada baik-buruk. Siang-malam,” ujarnya.
Sejumlah buku yang dihasilkan oleh Much Khoiri baik bersama dan tunggal.--
Juga sarana manusia untuk mengenal Allah. Dengan menikmati kopi sekaligus mengilhaminya, maka manusia akan sadar bahwa mereka harus menemukan kembali fitrahnya sebagai manusia. ”Di samping beribadah, kita wajib beramal salih kepada sesama,” ungkapnya.
Dengan kata lain Kitab Kehidupan menghadirkan teks dan konteks pemahaman, bahwa dunia ini pada hakikatnya merupakan madrasah tempat manusia belajar. Sedangkan kehidupan adalah kitabnya.