Melalui pengalaman dan pembelajaran yang didapat, manusia dapat lebih mawas diri, dan memahami dirinya sebagai mahluk Allah sekaligus mahluk sosial. Tanpa Tuhan dan tanpa sesama, manusia tak berdaya.
”Manusia sebenarnya adalah penduduk langit yang mengembara dan hadir ke dunia untuk bersekolah. Maka dunia untuk manusia adalah madrasah. Ketika kita menjalani hidup, saat itulah kita belajar dan belajar. Cara itu telah diteladankan oleh Adam, Hawa dan penerusnya untuk umat manusia,” ungkapnya.
Dengan bangga Much Khoiri menunjukkan beberapa buku, hasil karyanya.--
Buku Kitab Kehidupan telah memberi inspirasi bagi pembacanya. Termasuk orang tua dari siswa menulisnya dari Bugis. ”Setelah berbincang intens, beliau memborong Kitab Kehidupan sebanyak 50 eksemplar,” ujarnya.
Tahun 2022 ini, Khoiri meluncurkan buku. Menjerat Terorisme pada Mei. Sebuah antologi tentang pengakuan eks napi terorisme dan keluarganya. Tentang bagaimana napiter terjebak dalam ideologi sesat dan perjalanan hidup setelah tertangkap.
Selanjutnya pada Agustus 2022 lalu, bersama 30 penulis terpilih se-Indonesia, merilis buku berjudul Leksikon, sebuah Antologi Perpusnas.
Selain sibuk menulis buku, Khoiri aktif menggerakkan literasi bersama komunitas yang ia dirikan pada Maret 2020: Rumah Virus Literasi (RVL). Bersama RVL, ia menjaring anggota dari berbagai latar belakang yang berbeda. Mulai dari guru, dokter, dosen, ASN, dan siapa pun yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. ”Selama dua tahun, RVL sudah merilis 185 buku,” ujar Ketua RVL itu.
Kepada siapa saja yang ditemuinya, RVL dengan senang hati memberi motivasi untuk menulis, inspirasi menulis artikel, menulis catatan perjalanan dan catatan harian, editing, dan pracetak hingga cara menerbitkan buku.
Terakhir di Yogyakarta, RVL menggelar workshop menulis untuk awak media di Balai Besar Guru Penggerak, Depok, Sleman, Jumat, 21 Oktober 2022. ”Kami memberikan workshop selama total 32 jam yang dilakukan bertahap. Alhamdulillah banyak jurnalis yang ingin menulis buku,” katanya.
Karena produktivitasnya sebagai penulis buku dan kepeduliannya terhadap gerakan literasi dan menulis itulah, Khoiri dijuluki sebagai Blantik Literasi dari Jawa Timur. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas Nugraha)