SURABAYA, HARAN DISWAY - Personel TNI Angkatan Laut (AL) harus siap dengan segala situasi. Termasuk pertempuran sekalipun. Spirit itulah yang dibawa oleh pasukan Koarmada II, Jumat, 4 November 2022. Sekitar 3 ribu personel berangkat dengan 12 kapal perang. Mereka akan menjaga teritorial di kawasan Nusa Dua, Bali, sepanjang 12 mil. Di kawasan itulah akan digelar konferensi tingkat tinggi (KTT) G20, di Pulau Dewata, 15 November 2022.
"Saya instruksikan, ini bukan latihan. Tapi, sudah harus siap perang. Ini pengamanan kedaulatan negara. Jadi, ketika ada yang berusaha mengganggu acara tersebut, itu artinya mereka musuh. Kita langsung perang," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono, saat apel pasukan di pangkalan Koarmada II.
Anggota Yon Taifib 2 Marinir Surabaya melakukan loading amunisi senapan mesin otomatis Gutling usai Apel Pengamanan G20 di Pangkalan Koarmada II-Boy Slamet-Harian Disway-
Laksamana dengan empat bintang di pundak itu juga meninjau torpedo jenis A244S Mod.3. Senjata itu terpasang di KRI Satsuit Tubun-356. Juga bom bawah air di KRI Raden Eddy Martadinata-331. Yudi memang ingin memastikan semua senjata bawah air itu berfungsi dengan baik.
"Dua senjata itu untuk menjaga serangan dari kapal selam. Kalau kapal di permukaan, gampang terdeteksi. Jadi, semua senjata sudah siap tempur. Ketika ada suatu yang mencurigakan, kami peringatkan tidak ada respons, akan langsung kami serang. Artinya itu musuh," tegasnya.
Termasuk jika ada negara peserta KTT G20 yang bawa pengamanan laut. Satuan tugas itu, akan melarang semua kapal dari negara tersebut untuk masuk. Mereka sudah mempersiapkan tempat khusus. Yakni di perairan Lombok. "Aktivitas kapal lainnya bisa berjalan seperti biasa. Cuma kita perketat pengawasannya," terangnya. (Michael Fredy Yacob)
Anggota Kopaska TNI AL bersiap menuju KRI Fatahilah usai apel Pengamanan KTT G20 di Pangkalan Koarmada II.-Boy Slamet-Harian Disway-