MESKI sempat terseok-seok pada semester pertama tahun ini, kegiatan usaha di sektor minyak sawit kembali berjalan normal. Termasuk kegiatan ekspor minyak sawit yang telah pulih setelah sempat dikenai aturan larangan ekspor.
Belajar dari apa yang telah terjadi pada semester satu lalu, aspek kebijakan dalam industri minyak sawit menjadi tantangan nomor satu dan terberat yang dihadapi pelaku usaha.
Bagaimana sebuah industri penyumbang devisa terbesar nasional bisa ambruk hanya karena satu kebijakan yang tidak tepat. Kisruh kelangkaan minyak goreng menjadi pelajaran berharga, tidak hanya bagi pelaku usaha, tetapi juga pemerintah.
Peran Generasi Muda
Masa depan industri minyak sawit Indonesia berada di tangan generasi muda, anak-anak milenial, hingga generasi Z. Perlu penguatan strategi kampanye positif di kalangan anak-anak muda.
Jika tidak, sektor kelapa sawit akan ditinggalkan. Mati bukan karena kehilangan permintaan, melainkan kehilangan generasi yang melanjutkan tongkat estafet menjaga keberlanjutan industri strategis nasional ini.
Dengan pergeseran teknologi komunikasi digital yang masif, tantangan komunikasi di industri sawit bisa dihadapi dengan ringan jika makin banyak generasi muda yang terlibat dan berperan aktif dalam banyak bidang di industri sawit.
Di bidang teknis, sudah ada banyak muda yang masuk dan bekerja di industri sawit. Tetapi, dalam bidang komunikasi, kampanye positif, dan advokasi kebijakan, perlu lebih banyak anak-anak muda yang terlibat di dalamnya.
Setidaknya ada tiga tantangan besar yang dihadapi industri minyak sawit. Yakni, tantangan kebijakan, keberlanjutan, dan fluktuasi harga.
Tantangan kebijakan berkaitan dengan bagaimana memastikan para pengambil kebijakan bisa memahami industri sawit secara komprehensif untuk kemudian mengambil kebijakan terbaik. Masukan dari para pemangku kepentingan sangat penting dalam proses pengambilan kebijakan tersebut.
Tantangan kedua adalah aspek keberlanjutan atau sustainability dalam tata kelola industri minyak sawit. Aspek keberlanjutan dalam industri minyak sawit adalah keniscayaan demi keberlangsungan industri ini dalam jangka panjang. Diwajibkan atau tidak, idealnya pelaku usaha industri sawit harus mampu membuktikan komitmen untuk mencapai tata kelola yang berkelanjutan.
Sedangkan tantangan ketiga adalah fluktuasi harga. Sebagai komoditas yang diperdagangkan di pasar global, fluktuasi harga minyak sawit sepenuhnya ditentukan mekanisme permintaan dan penawaran di pasar.
Yang perlu ditekankan di sini adalah jangan sampai ada intervensi terhadap pasar karena bukan malah membuat industrinya menjadi baik, tetapi justru mendistorsi pasar.
Dari tiga tantangan tersebut, tantangan kebijakan adalah yang paling berat. Belajar dari pengalaman yang terjadi pada semester pertama tahun 2022, seluruh pemangku kepentingan dalam mata rantai industri sawit tetap kompak dan konsisten mendukung lahirnya sebuah kebijakan yang pro terhadap industri sawit yang berkelanjutan.