ADA satu bait puisi Du Fu 杜甫 (712–770), penyair besar dinasti Tang, yang disukai Frans Heming Wang. Bunyinya, "润物细无声" (rùn wù xì wú shēng). Terjemahan bebasnya, kata tokoh Tionghoa Makassar tersebut, "Orang bijak berbuat kebaikan dalam diam, tidak pamer."
Begitulah yang dilakukan Frans. Sejak istrinya meninggal beberapa tahun lalu, ia sebenarnya bisa ikut anak-anaknya yang semuanya tinggal di Australia. Tapi Frans memilih tetap tinggal di Makassar untuk mengembangkan kursus bahasa Mandarin yang menurutnya akan sangat bermanfaat bagi generasi muda.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Iwansja Gunawan: Pin Jian Bu Neng Yi
Bekerja sama dengan berbagai stakeholder, Frans mendirikan kursusan bahasa Mandarin yang diberi nama "Fuxing 复兴" --yang artinya bangkit.
"Suka tidak suka, Negeri Panda telah menjadi negara terkemuka di bumi kita. Bagaimana anak cucu keturunan Tionghoa yang lahir di abad ke-21 beradaptasi dengan perkembangan Tiongkok ini, memberikan tantangan tersendiri bagi para orang tua untuk membimbing mereka mempersiapkan penguasaan bahasanya," kata Frans.
Selain sebagai pendidik, Frans yang sebelumnya adalah ketua Kelenteng Macho (妈祖), juga merupakan pendiri sekaligus penggerak Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) di Sulawesi Selatan.
"Saya tertarik untuk mendirikan PSMTI di daerah saya selepas bertemu dan berbincang dengan Brigjen Teddy Jusuf tentang Tragedi Mei '98 di suatu tempat di Jakarta. Beliau menyampaikan, 'Sudah saatnya keturunan Tionghoa bangun dan bersatu. Sebab, tanpa persatuan, kita akan terus diobok-obok oleh arus anti-China lantaran tidak punya benteng pertahanan.' Saya terngiang kata-kata beliau itu sampai sekarang," kenang Frans.
Maju dan sehat selalu, Pak Frans! (*)