Ternyata di dalam rumah ada seorang perempuan usia 35, duduk menangis di dekat perempuan usia 60-an yang tidur di sofa ruang tamu. Polisi kaget melihat mereka. Ditanya, mengapa tidak membuka pintu? Perempuan itu hanya menangis.
Perempuan muda itu mengatakan, perempuan di sofa itu adalah ibunyi. Meninggal akibat stroke sejak April 2021. Berarti sudah setahun empat bulan mayat ada di situ.
Ditanya lain-lain, perempuan tersebut hanya menangis. Seperti kurang waras. Polisi segera mengontak ambulans, lalu jenazah diangkut ke RS di Kabupaten Sonoma. Diperiksa forensik, disimpulkan, bukan akibat pembunuhan.
Si wanita muda tidak bisa dimintai keterangan karena selalu menangis. Maka, dia dirawat di lembaga kesehatan jiwa setempat.
Di Indonesia, hal mirip itu biasa terjadi di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Jenazah berada di rumah, ditempatkan di peti mati terbuka, yang dihuni banyak anggota keluarga, sudah biasa.
Dikutip dari BBC, 18 April 2017, berjudul Living with the Dead, liputan depth news oleh reporter Sahar Zand, digambarkan, orang mati ditempatkan di peti mati terbuka di ruang tamu adalah biasa.
Reporter mendatangi rumah keluarga Paulo Cirinda. Di situ tinggal putri Paulo bernama Lisa, suami dan anak-anak, yang berarti cucu Paulo. Sementara itu, Paulo sudah meninggal 2005 (12 tahun sebelumnya). Jenazahnya tidur di peti mati terbuka, ditempatkan di ruang tamu.
Saat liputan berlangsung, kebetulan di rumah Lisa (dipanggil Mamak Lisa) kedatangan tetangga pria yang mengantarkan reporter BBC. Sang tetangga menyapa Lisa dengan enteng.
”Selamat siang... Bagaimana keadaan bapakmu, Mamak Lisa?”
”Ow... Bapak masih sakit.”
Kemudian, Lisa bicara ke arah peti mati Paulo: ”Bapak, kami kedatangan beberapa tamu, mau menemui Bapak. Semoga tidak membuat Bapak marah.”
Lalu, reporter dibolehkan mendekati peti mati yang terbuka. Digambarkan, jenazah berpakaian adat setempat. Bagian dalam peti mati dihiasi kain warna-warni. Kondisi jenazah sudah kering seperti kayu. Tapi tidak bau.
Jenazah itu berkacamata hitam. Kacamata sangat berdebu. Tapi, masih kelihatan, jenazah terbuka. Kulit wajah kering, cokelat, seperti kulit pohon. Ada pori-pori besar atau lubang-lubang kecil.
Kata Mamak Lisa, mayat tidak rusak karena diberi ramuan daun yang tumbuh di sana. Warga biasa menggunakan daun itu untuk merawat jenazah sehingga awet dan tidak bau. Semacam balsem tradisional.
Tiga cucu Paulo, atau anak-anak Lisa, berlarian keluar masuk rumah. Kadang, anak-anak usia 5 sampai 10 tahun itu mendekati peti mati sang kakek. Bahkan, salah seorang anak bertanya ke Lisa.
”Mengapa kakek selalu tidur?”