Gagasan awal dibangunnya AMN itu bermula dari usulan tokoh-tokoh Papua yang pernah datang ke Istana Presiden. Demi merawat keberagaman dan mengenal sesama bangsa.
Kristian mengaku senang dengan kesempatan itu. Kini, ia bisa merajut mimpinya. “Saya suka sama ilmu pengetahuan alam, makanya ambil pertanian. Setelah terpilih beasiswa di sini langsung sungguh-sungguh mempersiapkan diri,” ujar mahasiswa hobi bulu tangkis itu.
Kristian sudah enjoy dengan lingkungan barunya. Ia sering habiskan waktu bersama teman satu kamar. Mengerjakan tugas kuliah atau sekedar nongkrong bareng. Bila akhir pekan tiba, ia manfaatkan untuk olahraga.
Asrama yang berada di Jemur Andayani itu terdiri atas dua tower yang masing-masing punya lima lantai. Konsepnya unik, mengadopsi arsitektur tropis. Beberapa dindingnya dihiasi kalimat motivasi dari para tokoh besar.
Mahasiswa pun dibuat nyaman dengan fasilitas yang mumpuni. Mulai perpustakaan, kantin, klinik kesehatan, ruang ekspresi seni, hingga lapangan olahraga. AMN juga punya ruang untuk mendukung mahasiswa dalam berwirausaha.
Itu termasuk program yang diberikan oleh pihak pengelola. Mereka didampingi mentor untuk mengembangkan jiwa entrepreneur. Seperti menyablon kaos, barbershop, hingga memproduksi minuman dan makanan ringan.
Ratusan mahasiswa itu diberi tempat untuk mengaplikasikan bakat non-akademiknya. Mereka bisa berdagang di ruang serba guna yang diberi nama ruang Bhinneka Tunggal Ika.
“Jadi dari mahasiswa untuk mahasiswa. Lumayan juga kan buat tambahan sangu,” ujar salah satu mentor, Sukiman.