DOHA, HARIAN DISWAY - Rasisme di Piala Dunia 2022 Qatar ternyata masih ada. Serbia yang tersingkir dari Grup G tanpa kemenangan sama sekali, kini menanti sanksi dari FIFA akibat ulah suporter mereka.
FIFA sedang menginvestigasi dugaan pelanggaran rasisme dalam laga penyisihan Grup G antara Serbia dan Swiss, 2 Desember 2022 lalu. “Komite Disiplin FIFA telah membuka proses terhadap Asosiasi Sepakbola Serbia karena memiliki potensi pelanggaran pasal 12 (pelanggaran pemain dan ofisial), 13 (diskriminasi) dan 16 (ketertiban dan keamanan di pertandingan) dari FIFA,” tulis FIFA seperti dikutip dari Guardian . Pendukung Serbia dituding menampilkan slogan fasis dan nyanyian rasis yang ditujukan kepada etnis Albania di Stadium 974. Mereka menunjukkan Salut Tiga Jari atau Three-finger Salute . Three-finger Salute adalah sebuah salam yang aslinya mengungkapkan Tritunggal Mahakudus yang digunakan dalam pengambilan sumpah, dan simbol Ortodoksi Serbia. Mereka mengulurkan ibu jari, telunjuk dan jari tengah secara bersamaan. Saat ini, simbol tiga jari itu juga digunakan sebagai ekspresi, isyarat, untuk menampakkan nasionalisme rakyat Serbia. Rasisme itu ditujukan untuk dua pemain keturunan Albania yang membela Swiss. Yakni Xherdan Shaqiri dan Granit Xhaka. Pihak penyelenggara sempat meminta pendukung Serbia menahan diri agar tidak rasis di menit 77. Saat itu Serbia sudah tertinggal 3-2. Dipicu Selebrasi ShaqiriSelebrasi Xherdan Shaqiri di menit ke 20 usai menjebol gawang Serbia.-Yahoo News- Diduga, kemaraan suporter Serbia dipicu oleh selebrasi Xherdan Shaqiri di menit 20. Ia menghadap ke arah bangku cadangan dan suporter Serbia dengan menutup mulutnya pakai jari telunjuk. Rekan setimnya, Granit Xhaka pun melakukan hal yang sama. Serbia berhasil membalik keadaan. Aleksandar Mitrovic mencetak gol di menit ke-26, disusul gol Dusan Vlahovic di menit ke-35. Nah, di momen inilah Vlahovic merayakan gol dengan meremas kemaluannya. Namun, selebrasi itu dinilai sebagai ekspresi Vlahovic atas isu perselingkuhan dengan istri Predrag Rajkovic yang merupakan kiper cadangan Serbia. Vlahovic kemudian juga melakukan gestur tutup mulut membalas selebrasi Shaqiri.
Selebrasi Vlahovic usai mencetak gol di menit 35 ke gawang Swiss. Ia meremas kemaluannya untuk menepis isu perselingkuhan dengan istri kiper cadangan Serbia.-Getty- Selebrasi memegang alat kelamin itu ditiru Xhaka saat serbia meminta penalti di babak kedua. Gestur itu tentu menyulut amarah bagi pemain cadangan Serbia. Salah satu kiper cadangan Serbia, Predrag Rajkovic sampai-sampai harus diganjar kartu kuning. Xhaka juga terlibat konfrontasi dengan pemain Serbia Nikola Milenkovic di penghujung babak kedua. Ia beradu kepala lalu didorong keras oleh Bek Serbia itu. Kapten Swiss yang terpojok sampai pinggir lapangan itu lalu mendapatkan pembelaan dari Striker Swiss, Breel Embolo dan kompatriotnya. Keributan semakin meluas ketika penyerang Serbia, Aleksandar Mitrovic ikut beradu mulut. Buntut kejadian itu sebelas pemain mendapatkan kartu kuning, tujuh diantaranya adalah pemain Serbia dan empat pemain Swiss. Bagi Xhaka, pertandingan melawan Serbia adalah ajang balas dendam dirinya atas mimpi buruknya di masa kecil ketika melihat ayahnya ditangkap dan dipukuli karena memprotes kemerdekaan Kosovo. Karena faktor keluarga itulah, dirinya memiliki keterikatan dengan konflik Albania dan Kosovo.
Konflik di Kosovo
Etnis Albania terusir dari Kosovo.-Reuters- Konflik politik itu dipicu perebutan tanah Kosovo. Etnis Serbia yang beragama Kristen Ortodok Timur dan etnis Albania yang mayoritas beragama Islam saling mengklaim tanah tersebut.. Kosovo mengalami pergolakan besar saat Serbia masih tergabung dalam Yugoslavia bersama dengan Kroasia, Slovenia, Bosnia-Herzegovina, dan Montenegro. Kosovo Liberation Army melancarkan serangan ke pemerintahan otoritas Yugoslavia. Diperkirakan 2.000 orang tewas. Sekutu kemudian hadir di belakang Kosovo dan menyerang Yugoslavia pada 1999. Di tahun yang sama, Serbia yang masih bergabung dengan Yugoslavia melakukan serangan balasan yang brutal. Oleh banyak pihak serangan itu dianggap sebagai genosida atau pembantaian terhadap etnis Albania di Kosovo. Lebih dari 850.000 etnis Albania di Kosovo terusir dari tempat tinggalnya. Ditemukan pelanggaran berupa perampokan, pembunuhan, penjarahan, hingga pemerkosaan. Para pengungsi menyebar ke berbagai negara Eropa Barat. Itulah yang dialami dua punggawa Swiss, Xherdan Shaqiri dan Granit Xhaka. (Affan Fauzan)