SEMUA ORANG punya cerita tentang Grant Wahl.
Itulah yang diyakini Sonja Cori Missio. Penulis sepak bola yang berbasis di Toronto, Kanada. Usia dia 25 tahun ketika kali pertama berkontak dengan Wahl pada 2011. Lewat Twitter. Wahl kala itu sudah menjadi wartawan andalan Sports Illustrated, serta kontributor Fox Sports dan CBS. Bukunya tentang kepindahan David Beckham ke AS sudah menjadi best seller.
Pada tahun itu pula, Wahl bahkan mencalonkan diri sebagai Presiden FIFA. Saking muaknya pada rezim Sepp Blatter yang korup setengah mati.
Dengan reputasi Wahl, Missio—wartawan baru dari koran tak terkenal di Kanada—tak berharap pesannya di Twitter akan berbalas. Dia salah. Wahl membalas. Dengan sangat baik, penuh nasihat, juga dorongan semangat.
’’Begitulah kami terkoneksi: lewat kesamaan tujuan menantang kebobrokan sistemik yang sudah terinstitusi di FIFA,’’ tulis Missio, dalam kolom di The Guardian. ’’Kami sama-sama ingin melihat perubahan di tubuh badan sepak bola dunia itu. Atau setidaknya, kami ingin menjadi suara yang mengkampanyekan perubahan,’’ lanjut dia.
Di mata Missio, Wahl laksana bintang rock. Seorang idola yang selalu menginspirasi fans. Ia smart, serta punya cinta yang besar pada bidang yang digelutinya. Di atas semuanya, ia adalah penulis hebat. Namun, ia sama sekali tidak berada di awang-awang. Ia ramah, mudah dijangkau. Bahkan, seringnya ia yang turun ke bumi. Mengulurkan bantuan buat jurnalis-jurnalis muda seperti Missio.
Wahl tidak pernah lelah mengangkat sebuah kisah ke permukaan. Terutama yang berkaitan dengan olahraga dan kemanusiaan. Ia menulis tentang isu gender, ia menjadi sahabat komunitas LGBTQ+, dan sudah lama menyuarakan suara-suara minoritas. Jauh sebelum hal itu menjadi tren.
’’Ia menulis dan mendukung semua tulisan yang ia yakini benar: tipe-tipe cerita yang dipublikasikan bukan sekadar buat mendulang klik. Tapi yang benar-benar meningkatkan awareness,’’ tulis Missio. ’’Ia menggunakan privilese, kekuatan, dan posisinya di dunia jurnalistik untuk kebaikan. Bahkan ketika keyakinannya membahayakan dirinya,’’ papar jurnalis 36 tahun tersebut.
Kaus Pelangi
Grant Wahl meninggal di tengah Piala Dunia Qatar 2022. Ia sedang meliput pertandingan perempat final antara Argentina versus Belanda pada Jumat malam, 9 Desember 2022. Atau Sabtu dini hari WIB. Ia tiba-tiba kolaps ketika babak perpanjangan waktu hampir berakhir.
BERANI, Grant Wahl mengenakan T-shirt bergambar pelangi ketika meliput pertandingan Piala Dunia 2022. Ia sempat dilarang masuk ke stadion karena LGBTQ+ dilarang di Qatar. -Doug Zimmerman-ISI Photos-Getty Images via CNN -
Wahl mendapat perawatan darurat selama 20 menit di stadion. Lalu dilarikan ke rumah sakit Hamad, Lusail. Tidak ada informasi apakah ia meninggal di rumah sakit atau sejak dalam perjalanan.
Adik Wahl, Eric, dengan cepat mengklaim bahwa kakaknya dibunuh. Lantaran, Grant sangat lantang menyuarakan hak-hak LGBTQ+. Termasuk di negara yang melarang homoseksualitas seperti Qatar.
’’Hai, aku Eric. Adik Grant Wahl. Aku gay. Akulah alasan ia (Grant, Red) memakai kaus bergambar pelangi di Piala Dunia,’’ kata Eric dalam video yang diunggah ke Instagram, sambil terbata-bata menahan tangis. ’’Kakakku sehat. Ia bilang, ia menerima banyak ancaman pembunuhan. Aku tak percaya kakakku meninggal begitu saja. Aku percaya ia dibunuh,’’ ratapnya.
Ya, ketika Piala Dunia bergulir pada pertengahan November, Wahl menjadi headline media-media barat. Ia dilarang masuk ke stadion. Gara-gara mengenakan T-shirt bergambar bola yang dikelilingi pelangi. Ia disuruh melepas kausnya. Dan ketika ia menolak, ia ditahan oleh tim keamanan.
Jadi, apakah kematian Wahl ada hubungannya dengan pembelaannya terhadap komunitas LGBTQ+? Terlalu dini untuk menyimpulkan. Yang jelas, seminggu sebelumnya, ia mengaku tidak enak badan. Setelah memeriksakan diri ke rumah sakit, ia divonis memiliki gejala bronkitis. Ia membaik setelah diberi pengobatan ringan.
Tribute dari LeBron
Grant Wahl lahir di Mission, Kansas, 2 Desember 1973. Tumbuh besar sebagai fans tim sepak bola lokal Kansas City Comets, ia meraih gelar sarjana politik dari kampus elite Princenton University.
Sejak tahun pertama kuliah, ia sudah menjadi reporter olahraga. Ia menulis tentang tim sepak bola Princenton Tigers. Yang saat itu dilatih oleh Bob Bradley, sebelum pria itu menjadi manager tim-tim MLS dan timnas AS. Bradley juga yang mendorongnya menjadi wartawan. Ia mengirim Wahl ke Argentina, untuk magang di Boca Juniors. Wahl pulang ke AS pada 1994, demi meliput Piala Dunia 1994. Hingga 2022, ia telah meliput delapan Piala Dunia.
KOVER Sports Illustrated edisi Februari 2002 yang menampilkan LeBron James sebagai The Chosen One. Artikel karya Grant Wahl membuat James masuk radar para pencari bakat di NBA. -Sports Illustrated-
Setelah lulus kuliah pada 1996, ia magang di Miami Herald. Beberapa bulan kemudia, ia diangkat menjadi reporter tetap Sports Illustrated. Mendapat pos liputan sepak bola dan basket kampus.
Maka, tak mengherankan. Ketika ia meninggal, yang mengirimkan ucapan belasungkawa bukan hanya komunitas sepak bola. Para pemain NBA ikut bersedih. LeBron James secara khusus berbicara soal Wahl dalam konferensi pers pasca pertandingan LA Lakers versus Philadelphia 76ers di Philadelphia, Sabtu lalu.
’’Aku selalu mengamatinya (Wahl) dari jauh. Bahkan setelah peringkatku semakin naik, hingga benar-benar menjadi pemain profesional, dan ia pindah liputan ke olahraga lain,’’ tutur LeBron. ’’Setiap kali namanya disebut, aku selalu teringat masa-masa remajaku. Ketika Grant ada di stadion kami…’’ kenangnya.
Wahl berperan besar buat kariernya. Ketika masih duduk di kelas 2 SMA St Vincent-St Mary School, Wahl sudah berani menulis tentang LeBron. Bahkan menjadikan cowok 18 tahun itu sebagai sampul Sports Illustrated edisi 18 Februari 2002. Dengan judul besar: The Chosen One.
Kover majalah yang waktu itu terjual 3,2 juta kopi per pekan, melontarkan LeBron ke puncak popularitas. Setahun kemudian, ia menjadi pick nomor 1 NBA Draft. Lalu direkrut oleh Cleveland Cavaliers. Tim yang dibelanya selama total 11 musim.
’’Gila, Man,’’ kata LeBron pada 2009. ’’Aku dulu enggak begitu paham betapa besar artinya bisa dimuat di kover Sports Illustrated… Liputan itu mendorongku ke panggung nasional. Tak peduli aku siap atau tidak,’’ jelasnya dengan mata berbinar.
Bukan hanya LeBron. Banyak pemain culun yang kemudian dikenali para pemandu bakat NBA berkat tulisan Wahl. Termasuk John Wall, Kevin Durant, Kevin Love, James Harden, hingga megabintang Golden State Warriors Stephen Curry.
Benar kata Sonja Cori Missio. Semua orang punya cerita tentang Grant Wahl. Entah mereka menyadarinya atau tidak. Dan ketika Wahl tiada, mereka akan mulai menuturkannya. (*)