SURABAYA, HARIAN DISWAY - Founder Harian Disway Dahlan Iskan membagikan pengalamannya di Bliblioneer Insight Let Our Sunshine, Rabu, 14 Desember 2022. Peserta acara yang diinisiasi BliBli itu nyarus 400 orang. Jawaban-jawaban jenaka Dahlan mengocok perut mereka.
Staff Learning Development BliBli, Bramanti Nindi Larassati jadi teman ngobrol Menteri BUMN periode 2011-2014 itu. “Anda lulusan mana?” tanya Dahlan. Nindi mengatakan bahwa ia berasal dari Surabaya, sama seperti Dahlan. Kampusnya di Unair. Jurusan Psikologi. Nindi balik bertanya. Apa tantangan terbesar Dahlan dalam memimpin perusahaan? “Tantangan terbesarnya bidang studi anda: psikologi,” sahut Dahlan. Peserta zoom merespons jawaban itu dengan emoticon tertawa ngakak. Jawaban tak terduga. Nindi pun ikut tertawa. Salah satu problem terbesar tim di perusahaan adalah konflik. Dalam ilmu psikologi, seorang pemimpin harus bisa melihat karakter setiap orang di tim. Kata Dahlan, ada orang yang hobinya bertengkar. Potensi konfliknya tinggi. Jika tim diisi orang-orang seperti itu, maka tim tak akan produktif. Melelahkan. “Saya sebisa mungkin menghindari, meng- hire orang yang punya potential conflict, ” kata pria 71 tahun itu. Karena itulah tes psikologi karyawan diperlukan untuk mengeliminir orang-orang seperti itu. Apakah orang yang punya potensial konflik tidak bisa dibentuk kejiwaannya? “Anda lebih ahli. Anda sekolah di bidang itu,” kata Dahlan sambil tersenyum. Gerrrrrr lagi. Emoticon ngakak bermunculan di layar zoom . “Kami (BliBli) punya learning development . Ada kok pak,” jawab Nindi. Namun terkadang orang-orang dengan potensi konflik itu punya kualitas. Pinter. Di level tertentu, mereka bisa bergabung di tim sebagai konseptor yang tidak butuh melibatkan banyak orang. Mereka bisa bekerja dengan merenung sendiri. “Masalahnya, ketika konsepnya tidak diterima, dia mutung (ngambek),” lanjut Dahlan. Dahlan mengatakan potensi konflik juga bisa diredam lewat grup diskusi. Semua perlu berlatih mendengar. Berlatih menerima pendapat orang. Nindi melanjutkan pertanyaan. Ia mendengar bahwa Dahlan galak saat jadi pimpinan. “Apa benar begitu pak?” kata Nindi malu-malu. “Ada yang bilang saya galak ada yang tidak,” sahut Dahlan. Mantan Dirut PLN itu mengatakan, ia paling tidak bisa menerima cara berpikir yang tidak logis. Tidak suka orang yang suka bicara abstrak. Contohnya banyak. Ketika Dahlan bertanya sudah sampai mana? Jangan menjawab “Sudah dekat” . Jangan pula menjawab “Saya minta maaf tadi macet”. Dahlan tidak menerima jawaban abstrak itu. Macet sudah bisa diketahui. “Atau model sekarang OTW. Ampun deh. OTW itu maksudnya OTW dari mana? Saya biasanya galak kalau modelan begitu,” kata Dahlan. Gerrr.. perut peserta dibuat terkocok-kocok lagi. Dahlan lebih menerima kegagalan, tetapi orang itu sudah berupaya. Dan ia bisa menerangkan penyebabnya secara logis. Kalau sudah begitu Dahlan meminta orang itu mencoba lagi. Tetapi kalau tidak bisa, maka posisinya digantikan orang lain. Karakter orang dalam tim juga bermacam-macam. Ada yang bisa perintah dengan satu kata, lalu bergegas. Pekerjaan beres. Ada pula orang yang bisa bekerja setelah mendapat penjelasan detail. Pemimpin harus memahami karakter itu. (Salman Muhiddin, bersambung)Merintis Usaha Kecil Jangan Punya Karyawan Dulu, BACA BESOK!