PANGKAL kehidupan adalah hati. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Muhammad pernah menyabdakan, "Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging. Jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini; dan jika dia buruk maka buruklah seluruh tubuh ini. Ketahuilah bahwa dia adalah hati."
Tak heran bila dalam Amsal 4:23 diperintahkan, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan."
Sang Buddha pun mengajarkan kita untuk senantiasa memancarkan paling tidak empat sifat batin yang luhur (brahmavihārā). Yaitu: cinta kasih (maitrī/mettā), welas asih (karuṇā), turut berbahagia (muditā), dan keseimbangan batin (upekṣā/upekkhā).
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Koordinator PPI Dunia Achyar Al Rasyid: Bu Chi Xia Wen
Tentu tidak mudah untuk bisa begitu. Perlu dilatih terus-menerus. Dimulai dari latihan badaniah terlebih dahulu. Dengan memperbanyak perbuatan baik, dan menghindari laku yang buruk.
Sebab, dalam syair nomor 293 Dhammapada disebutkan, "Mereka yang selalu giat melatih perenungan terhadap jasmani, tidak melakukan apa yang seharusnya tak dilakukan, dan selalu melakukan apa yang seharusnya dilakukan, maka kekotoran-kekotoran batin akan lenyap dari diri mereka yang memiliki kesadaran dan pengertian terang seperti itu" (Yesañ ca susamāraddhā, niccaṁ kāyagatā sati, akiccam te na sevanti. Kicce sātaccakārino, satānaṁ sampajānānaṁ, atthaṁ gacchanti āsavā).
Bila sudah demikian, kemungkinan hati akan menjadi tenang dan bersih. Selanjutnya, kata Hendro Tan yang pemerhati seni rupa dan pemilik Art Dealer, "心静才能听到万物的声音；心清才能看到万物的本质" (dengan hati yang tenang, baru akan bisa mendengar suara segala makhluk; dengan hati yang bersih, baru akan bisa melihat hakikat segala makhluk).
Intinya, Hendro ingin mengajak kita untuk mengamalkan yang dituliskan Su Dongpo 苏东坡 (1037-1101) dalam salah satu syairnya, "心平气和" (xīn píng qì hé): menenangkan hati, mendamaikan jiwa. (*)